ARTIKEL PILIHAN

GOOGLE TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

ARTIKEL PILIHAN

2 Pemuda Heroik dari Indonesia di Penjara Mesir

Written By Situs Baginda Ery (New) on Rabu, 01 Agustus 2012 | 15.23

13365643631053261782

Dua pemuda heroik, Mulyadi dan Ibnu Akhyar dengan kostum khas penjara Mesir. (doc: Rijal MY)

By. Masykur A. Baddal - Meledaknya bentrok massa antara pasukan anti huru-hara Mesir dengan demonstran pro revolusi di wilayah Abbasea Square pada tanggal 4 Mei 2012 lalu, yang berujung jatuhnya 11 orang korban jiwa dan 200 orang luka-luka, serta 319 orang lainnya diamankan. Ternyata, menyisakan kisah pilu bagi mahasiswa Indonesia di Mesir. Pasalnya, secara tidak terduga dalam sweeping besar-besaran, yang dilakukan oleh pasukan militer Mesir, ada dua mahasiswa Indonesia yang tertangkap bersama orang Mesir, serta beberapa mahasiswa asing lainnya.

Peristiwa tersebut bermula, ketika dua orang mahasiswa Indonesia asal Propinsi Aceh sedang melakukan aktifitas belajar bersama koleganya di Mesjid An Nur, yaitu sebuah mesjid termegah di kota tersebut. Sedianya, selesai shalat maghrib berjamaah di mesjid, dua mahasiswa ini langsung pulang ke rumah sewaan mereka yang lumayan jaraknya dari lokasi tersebut. Namun entah kenapa, pada hari itu mereka malah memutuskan untuk belajar bersama sambil menunggu waktu shalat isya tiba. Apalagi sekarang adalah masa ujian mahasiswa Al Azhar, jadi perlu lebih konsen dalam belajar.

Tiba-tiba terjadi keributan massa di luar sana. Demonstran yang sebelumnya terkonsentrasi di depan Departemen Pertahanan Mesir wilayah Nasr City, setelah mendapat tekanan dari pasukan huru-hara, massa tergerus hingga sampai ke wilayah Abbasea Square. Karena ribuan massa sudah terfokus di wilayah tersebut, maka terjadilah bentrok massa, dan sweeping ketat oleh aparat kemanan Mesir. Nah di situlah mereka berdua tertangkap, yaitu sewaktu pasukan kemanan melakukan sweeping ke dalam mesjid. Masalahnya semakin memanas, karena militer menemukan beberapa senjata selundupan disitu.

Paska penangkapan, mereka berdua masih sempat mengirim sms kepada kawan mereka di luar, setelah itu semua informasi terputus. Tentu saja, kawan yang kebetulan menerima sms tersebut, merasa bak halilintar di siang bolong. Langsung terbayang bagaimana kekerasan dalam penjara Mesir sana, seperti yang dikisahkan dalam film Ayat-Ayat Cinta. Apalagi penangkapan ini berhubungan dengan keamanan dalam negeri Mesir, pasti akan lebih parah. Selanjutnya, kawan-kawan mahasiswa yang tergabung dalam Keluarga Mahasiswa Aceh Cairo langsung bergerak cepat, dengan mempublish berita tersebut ke social media, serta menghubungi berbagai pihak yang kira-kira dapat diminta bantuan untuk melepaskan mereka berdua. Termasuk mengontak ke KBRI Cairo, walaupun dalam suasana libur akhir pekan.

Setelah diketahui keberadaan mereka di tahanan Mahkamah Militer Mesir, maka semua usaha pembebasan terfokus kesana. Maklum saja, yang namanya berurusan dengan militer pasti harus banyak-banyak berdoa, sabar serta harus siap mengurut dada menahan kekesalan. Apalagi ini menyangkut masalah kemanan nasional Mesir, tentu saja akan lebih pelik. Suasana semakin tegang, setelah mendapat info sms, mereka berdua minta agar kawan-kawannya segera mengusahakan pembebasan secepatnya, karena sudah sehari mereka belum dikasih makan di penjara.

Apa sebenarnya yang terjadi disebelah sana? di pojok penjara tempat Mulyadi dan Ibnu Akhyar ditahan? Ternyata mereka merasa nyaman, walaupun harus tahan lapar. Bagaimana mungkin? Hampir semua orang Mesir yang ditangkap bareng mereka berdua, terkagum-kagum dengan kemampuan mereka mengaji mengalunkan Qalam Ilahi, ditambah lagi dengan suara merdu nan fantastis. Malah ada yang menobatkan mereka bagaikan Qari’ terkenal Kuwait yaitu Musyari Rasyid, luar biasa. Dengan mendengarkan suara mereka saja sewaktu mengalunkan ayat-ayat suci Al Qur’an, mereka semua merasa tenteram padahal di dalam penjara kumuh loh. Itulah salah satu mukjizat Al Qur’an, menjadi obat jiwa bagi pendengarnya.

Hal itu pula yang membuat seorang ahli mekanik pesawat, yang juga korban salah tangkap mati-matian membela mereka berdua supaya segera dibebaskan. Mereka berdua bukan bagian dari kelompok penyelundud senjata ilegal seperti yang dituduhkan oleh militer. Mereka berdua hanya mahasiswa Al Azhar, yang datang ke mesjid untuk beribadah dan mempersiapkan pelajaran mereka, karena sedang menghadapi ujian.

Ironisnya, sewaktu pembebasan mereka berdua dikabulkan, semua tahanan merasa bersedih, malah para tahanan minta supaya mereka jangan pergi, mereka rindu dengan alunan merdu Qalam Ilahi dari suara merdu mereka berdua. Tapi perintah harus tetap dijalankan, dengan mengucapkan salam kepada semua tahanan disitu, mereka berdua pun berlalu dengan seragam penjara putih-putih. Menumpang METRO dengan bekal 10 pound Mesir, yang diberikan oleh sipir penjara untuk ongkos kembali ke kontrakan kumuh mereka di pinggiran kota Cairo. Dengan membawa ribuan kenangan berharga yang menjadi bahan renungan dan cerita menarik untuk anak cucu mereka.

” Selamat Meraih Kemenangan Adoe Mulyadi dan Adoe Ibnu Akhyar. Rabbuna Ma’akum Daiman..”

Salam.

15.23 | 0 komentar | Read More

Soal NII, Saya Punya Sedikit Kisah Menarik

Saya punya kisah berkaitan dengan orang-orang yang mengatasnamakan orang, kelompok pendukung Negara Islam Indonesia (NII). Waktu itu saya masih kuliah di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sekitar tahun 1999-2003. Kisahnya, ada teman sealumni di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Sukamanah, Singaparana, Tasikmalaya. Teman tersebut kuliah di jurusan teknik. Sahabat saya ini diajak salah seorang teman yang biasa ikut dalam halaqah (pertemuan kecil/pengajian) dan membujuknya ke salah satu tempat.

Sahabat saya ini agak ragu, mengingat obrolan-obrolan keisalaman teman yang mengajaknya kurang srek di benaknya atau keilmuannya selama ini. Memang ia tak bodoh-bodoh amat tentang keislaman, karena semasa Madrasah Aliyah dia sempat nyantri di pesantren Sukamanah yang didirikan Pahlawan KHZ Mustofa yang juga pahlawan nasional.

Singkat cerita sahabat saya mengajak saya bertemu dengan kelompok NII yang bermarkas di sebuah kontrakan di daerah Janti-Jogjakarta. Sayapun meyakinkan diri akan mampu menghadapi berbagai argument yang kemungkinan menjadi perdebatan atau menyerang saya. Sebelumnya saya punya pengalaman, berhadapan dengan pengikut semacam NII, selalu berdebat soal keyakinan dan mengguggat keyakinan mainstream. Maka tak lupa, sebelum berangkat saya melahap beberapa buku bacaan, diantaranya buku Nurcholish Madjid (Cak Nur) serta buku-buku lainnya terkait kebenaran sebuah doktrin agama.

Benar perkiraan saya. Setibanya di markas mereka, saya disambut sekitar 7 orang. Ada juga dua orang perempuan yang mengaku kuliah Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Jogja dan yang satunya mengaku berasal dari Tasikmalaya-daerah yang sama dengen asal saya. Sebuah pendekatan awal untuk menarik simpati saya. Kesamaan asal usul, diharapkan kelompok itu agar saya atau lawan bicara mau mengikuti sugestinya saat dialog nanti.

Setelah dipersilahkan, saya masuk mengikuti tuan rumah. Perbincangan berjalan, mulai basa-basi hingga perkenalan nama dan asal sekolah. Saya terpaksa berbohong, mengaku sedang studi di jurusan teknik, sama dengan sahabat saya yang mengajak ke rumah tersebut.

Obrolan terus mengalir hingga soal agama. Obrolan dimulai dari orang yang terlihatnya paling dituakan di kelompok itu. Tanyanya “apakah Anda meyakini al-quran benar?”. Saya jawab, “karena agama saya Islam, al-quran benar. Kalau anda mengatakan al-quran salah, akan saya bunuh kau,” saya balik bertanya dengan nada yang agak tinggi. Mereka sedikit kaget.

Namun jadi perdebatan agak panjang berikutnya, soal kebenaran tafsir agama. Saya melihat saat itu, mereka menggiring pembicaraan, bahwa Islam yang ditafsirkannyalah yang paling benar. Islam saya, islam yang lain serta Islam di luar kelompoknya salah semua dan pantas mendapat istilah kafir (takfir).

Masuk ke perbincangan ini saya semakin sadar, bahwa saya berada di lingkungan kelompok yang merasa paling benar sendiri. Saya ingat sebelumnya, saat membaca buku (alm) Nurcholish Madjid dan dikatakan juga pada mereka. Bahwa yang benar di atas segalanya hanyalah Allah. JIka ada manusia yang mengklaim dirinya paling benar, itu artinya membuat kebenaran selain Allah di kepalanya. Sama artinya, dia membuat tandingan Allah dalam konteks kebenaran. Padahal pemikiran manusia tak akan sampai pada kebenaran hakiki. Dan inilah konteks pemberhalaan yang sebenarnya. Dapat dikatakan, barang siapa yang memutlakan penafsirannya, dialah membuat “tuhan” selain Allah. (Allah di sini dalam konteks keyakinan Islam).

Sayapun mengilustrasikan. Ada matahari yang begitu bersinar terang ke seluruh alam. Di sekitarnya ada planet bumi, Jupiter, Mars dan anggota palnet lainnya. Jika bumi mengklaim dirinya yang hanya kena sinar matahari, bumi telah berbohong. Sebab planet yang lain juga sesekali mengalami sinar terang matahari. Baik bumi, mars, jupiter dan lain-lain, hanya sebelah permukannya yang terkena sinar matahari. Sebab yang sepenuhnya terang adalah matahari itu sendiri, bahkan bisa menerangi alam raya disekitarnya.

Dari argument saya tersebut ada bisikan yang terdengar kepada temannya. “Wah kayaknya ini bukan dari teknik, seperti dari IAIN”. Saya semakin semangat untuk menyerang mereka dan bertanya soal tafsir dan terjemah. “Apakah anda bisa membedakan antara tafsir dan terjemah?” Tanya saya. Tak satupun yang menjawab. Saya mengajukan pertanyaan itu. Kebetulan saya sedang mengambil mata pelajaran ilmu tafsir yang dosennya pelit banget dalam member nilai.

Padahal kalau pertanyaan dijawab sederhana saja, saya tak akan banyak berkata lagi. Misalnya, terjemah al-quran itu hanya alih bahasa ke bahasa lain seperti ke bahasa Indonesia, Inggris atau lainnya. Sedangkan tafsir, merupakan penjelasan dari isi kandungan ayat-ayat al-quran. Terjemah akan berwujud seperti terjemah al-quran departemen agama RI dll. Sedangkan tafsir seperti tafsir Jalalain tafsir Al-manar dll.

Dengan pertanyaan itu, akhirnya mereka menahan argument-argumennya. Padahal sebelumnya mereka begitu semangat mempertanyakan berbagai keyakinan mainstream yang selama ini berjalan di masyarakat, termasuk keberagamaan saya. Sedangkan gol yang diharapkan dari dialog itu, supaya lawan bicara mengakui bahwa lslam yang benar, hanya Islam penafsiran mereka.

Memang, dalam sejarah agama-agama, paham atau pemikiran kelompok lain salah, dan hanya alirannya yang benar, meski dalam satu agama kerap terjadi. Ini berlangsung hingga saat ini, baik dalam agama samawi maupun agama non samawi.

Setelah perbincangan itu, dialog ditutup, tanpa mengambil kesimpulan. Saya berusaha menyampaikan pendapat-pendapat, setidaknya jangan sampai agama dimanipulasi demi kepentingan tertentu. Saya juga menganjurkan (meski saya bukan ahli agama) pelajarilah agama dengan reperensi sebanyak mungkin. Saya bersyukur belajar di IAIN (UIN) yang sangat terbuka terhadap berbagai pemahaman agama tanpa menghilangkan keyakinan dalam hati saya sebagai pegangan diri sendiri.

Kini, NII KW-9 kembali muncul. Anehnya modus dan motif perekrutannya masih sama, yakni membaiat anggota juga mengambil storan-storan dari anggotanya. Sasarannya masih sama, mahasiswa dan anak-anak muda di kampus-kampus.
15.15 | 0 komentar | Read More

Sedikit kisah di balik manisnya bakpia patuk

Kisah Menarik dalam Sebuah Bakpia Patuk

Jika ada pertanyaan oleh-oleh apakah yang akan dibeli saat kita berkunjung ke Yogyakarta, maka salah satu jawabannya adalah bakpia. Ya, bakpia merupakan makanan atau kue yang selalu dicari para wisatawan yang datang berkunjung ke Yogyakarta untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh untuk keluarga atau teman.

Chef Clip Art

Kue yang berbahan dasar terigu dengan isi kacang hijau (sekarang sudah ada variasi lainnya seperti keju atau coklat) tidak hanya menjadi sumber rejeki bagi pembuat dan penjual bakpia, tetapi juga bagi penarik becak, penarik ojek atau sopir taksi yang datang mengantar pembeli ke toko bakpia. Selain tentunya menerima uang dari penumpang, para penarik becak, ojek atau sopir taksi tersebut juga akan menerima komisi dari hasil penjualan bakpia tersebut.

Pada liburan tahun baru kemarin, kami juga membeli bakpia sebagai oleh-oleh. Dari hotel di daerah Jalan Kaliurang, kami pun menumpang taksi menuju Jalan K. S. Tubun (Jalan Patuk). Jalan Patuk ini terletak di sebelah barat Jalan Malioboro dan Jalan Patuk ini memang menjadi pusat penjualan bakpia di kota Yogyakarta. Ada beberapa merek bakpia terkenal yang bisa ditemui di jalan tersebut, seperti Bakpia Patuk 25 dan Bakpia Patuk 75.

13256698481044095178

Toko yang menjual Bakpia Patuk 75 (dok. pribadi)

Kami diantar oleh sopir taksi ke salah satu toko, yaitu toko penjual Bakpia Patuk 75. Cukup banyak pembeli yang juga datang ke toko ini. Setelah membeli beberapa bungkus bakpia dan karena hari sudah siang, kami pun mampir ke warung makan yang ada di seberang toko Bakpia Patuk 75 tersebut. Sembari menikmati makan siang, kami mengobrol dengan ibu pemilik warung tersebut. Si ibu memberitahukan kami, jika ingin membeli sekaligus melihat proses pembuatan bakpia maka kami bisa datang ke tempat pembuatan Bakpia Patuk 25 yang ada di gang di belakang warung tersebut. Karena penasaran ingin melihat proses pembuatan bakpia, kami pun akhirnya menuju tempat pembuatan Bakpia Patuk 25 yang dimaksud oleh ibu tersebut.

Letak tempat pembuatan bakpia tersebut tidak jauh dari warung tadi. Dengan hanya kurang dari 1 menit berjalan kaki memasuki gang, kami tiba di tempat tersebut. Seperti halnya di toko penjual Bakpia Patuk 75, para pembeli pun juga banyak yang datang ke tempat penjualan Bakpia Patuk 25 ini.

132567017597961515

Para pembeli Bakpia Patuk 25 (dok. pribadi)

Banyaknya pembeli yang berjubel disini dan juga cuaca yang sedang cerah, membuat udara di tempat tersebut cukup panas. Setelah membeli beberapa bungkus bakpia, kami menyempatkan untuk melihat-lihat proses pembuatan bakpia. Ada beberapa foto yang saya ambil mengenai proses pembuatan bakpia tersebut.

13256700001238637065

Proses pembuatan Bakpia Patuk 25 (dok. pribadi)

132567009838422212

Proses pembuatan Bakpia Patuk 25 (dok. pribadi)

Tentunya cukup mengasyikkan karena kami bisa melihat secara langsung pembuatan bakpia ini. Dari foto-foto di atas, kita bisa melihat seorang wanita yang sedang mengaduk atau mencampur adonan yang dimasak di atas kompor, dan beberapa orang lainnya yang terlibat dalam proses pembentukan secara manual kue berdiameter sekitar 3 cm ini.

Demikianlah sedikit kisah di balik manisnya bakpia patuk yang bisa saya bagikan.

15.03 | 0 komentar | Read More

Sekedar Menyimak Skandal & CINLOK Anggota DPR

Skandal Sex dan Cinta Lokasi Anggota DPR

Belum hilang dari ingatan sejumlah daftar nama anggota DPR RI yang terdaftar dalam kasus skandal sex hari ini (24/4) kita kembali dihebohkan dengan muncul kembali dugaan skandal yang baru, yaitu heboh dengan issue skandal sex antara dokter K (FPDI) dengan pasangannya politisi kondang satu lembaga di DPR, Aryo Bimo.

Entah benar atau tidak issue tersebut yang jelas Badan Kehormatan segera beraksi memeriksa kasus tersebut. entah juga sekadar beraksi atau benar-benar bereaksi demi menjaga nama baik lembaga tersebut, ketua BK, Muhammad Prakosa mengatakan bahwa video sex dokter K yang mulai tersebar berantai di alam maya itu adalah rumor belaka.

“Itu kita anggap sebagai rumor dan informasi yang belum lengkap. Kalau ada Video dan bukti lainnya baru bisa diteliti. Itu akan diteliti untuk bukti awal ditindaklanjuti,” tuturnya, hari ini kepada pers yang menanyakan soal issue tersebut.

Selain itu, Gubernur Kalbar yang saat ini sedang dalam masa persaingan menuju puncak Kalbar -1 (Gubernur) menanggapi masalah yang menydutkan anaknya itu dengan sangat hati-hati. Gubernur Cormelis M.H mengatakan bahwa ia tidak yakin dengan issue tersebut, ada indikasi pembusukan terhadap dirinya (black Campaign) dalam kampanye pemilihan Gubernur Kalbar yang sedang dalam proses saat ini.

Bagi masyarakat Kalbar sendiri berita ini tentu sangat mengejutkan, meskipun masyarakat mengetahui belum tentu kabar itu benar namun kebiasaan dalam masyarakat menambah-nambah bumbu penyedap maka tak heran situasi ini sangat merisaukan sebagian warga yang tidak mengetahui persis mengapa hal itu bisa terjadi.

Apakah benar issue tersebut melibatkan anggota DPR berinisial K (FPDI) tersebut? Selain fakta dan tanggapan di atas kita juga menantikan analisa pakar telematika Roy Suryo. Kali ini Roy sendiri merasa tertantang dengan munculnya gambar menghebohkan tersebut. Sementara ini belum ada kesimpulan yang kita terima dari Roy, akan tetapi Roy mengaku telah menerima foto tersebut namun sedang melacak keaslian atau benar tidaknya foto mesum yang sedang heboh tersebut.

Skandal Sex rentan menyerang anggota DPR?

Sebenarnya masalah skandal sex bukan konsumsi anggota DPR saja melainkan hampir terjadi pada setiap lembaga. Hanya saja karena lembaga ini adalah lembaga yang mewakili aspirasi rakyat dan secara notabene adalah representasi rakyat Indonesia sendiri yang memiliki aneka adat dan kebiasaan yang berbeda tapi memiliki satu tujuan yaitu menjadi rayat yang memiliki tatakrama dan menjunjung tinggi harmonisasi dan persatuan, maka peristiwa skandal sex yang menimpa anggota DPR sangatlah melukai hati rakyat.

Di sisi lainnya, beberapa anggota DPR baik di tingkat pusat dan daerah memperlihatkan performa yang tidak sesuai dengan harapan rakyat yang memilihnya bahkan rakyat secara keseluruhan yang tidak memberi suara untuk setiap anggota DPR.

Banyak terlihat kasus demi kasus, cibiran demi cibiran, hantaman kritikan dan gelombang protes yang menciptakan badai penistaan lembaga tersebut. Melihat fenomena dan kenyataan tersebut kita kuatir cepat atau lambat suatu saat DPR menjadi sarang yang dirisaukan ketimbang menjadi tempat menggantungkan harapan masyarakat.

Akibatnya, kemampuan orang-orang untuk menyelidiki manuver anggota DPR dimanapun dan kapanpun semakin canggih dan ketat. Ibarat radar para pengamat memperhatikan setiap gerak-gerik anggota DPR setiap saat sesuai dengan peran masyarakat untuk memonitoring kinerja lembaga tersebut.

Dari monitoring kisah-kisah seru berkaitan dengan seputar selangkangan yang melibatkan anggota DPR RI kita masih ingat beberapa diantaranya yang paling heboh yaitu :

  1. Pada Desember 2006 lalu, mantan Sekretaris Fraksi Partai Golkar Yahya Zaini ketahuan berbuat mesum dengan pedangdut Maria Eva.
  2. Pada 2008 lalu muncul foto Max Moein, mantan Wakil Ketua Komisi XI DPR. Foto yang beredar di internet itu menampilkan Max sedang memeluk seorang perempuan yang usianya jauh lebih muda.
  3. April 2011 lalu, Arifinto yang merupakan anggota DPR asal PKS kedapatan sedang menonton video porno saat sidang paripurna sedang digelar.
  4. Bukan rahasia lagi ditemukan kodom bekas pakai di DPR. (sumber : http://www.satumedia.info/2012/01/gedung-dpr-saksi-bisu-terjadinya-seks.html)
  5. Cinta lokasi antara anggota DPR dengan sesama anggota DPR serta dengan sekretaris juga sering kita baca dari berita cetak dan eletronik.

Ada beberapa kasus dan kisah yang berhasil terendus masyarakat tentang aneka peristiwa yang melibatkan anggota DPR dalam persoalan birahi. Hal ini diakui oleh mantan anggota DPR (FPDI) dan juga Paranormal, Permadi mengakui kisah-kisah heroik api asmara yang menggelora akibat cinta lokasi dan seringnya bertemu para pasangan politisi di Senayan tempat lembaga kehormatan ini berada. Permadi mengakui sering melihat dan menemukan adegan-adegan (tanpa sengaja) teman-temannya saat itu.(Sumber : Di sini).

Sambil menantikan kerja BK dan petugas yang ditunjuk untuk mengolah kasus gambar dan video porno yang belum dapat dipastikan sebagai dua anggota DPR RI tersebut kita berharap agar para anggota DPR dapat menjaga diri dan menjadi panutan dan penyampai aspirasi rakyat, bukan menjadi momok bagi rakyat.

Persoalan sex ada dimana-mana, lantas jika anggota DPR terlibat di dalamnya apakah yang membedakannya? Yang membedakannya, karena anggota DPR adalah wakil rakyat dan representasi dari rakyat itu sendiri. Wajar kan jangan neko-neko? Wajar juga harus tetap menjaga marwah dan harga diri masyarakat dan diri sendiri..

Salam Kompasiana

abanggeutanyo

14.54 | 0 komentar | Read More

Sehebat-Hebat Maling Berlari,Pasti Akan Kena Sial Juga

Nggak selamanya maling kalau tidak tertangkap itu mujur, ada kok maling yang apes walau tidak tertangkap, mau tau ceritanya?

kisah ini terjadi dua minggu lalu, waktu kejadian mendekati subuh, saat itu seperti biasa saya menyempatkan diri melakukan peregangan tubuh didepan rumah, dan tiba-tiba ada seorang pria berlari dengan kecepatan tinggi, nafasnya ngos-ngosan melintas didepan saya, dengan sedikit prasangka buruk, mata saya pun mengikuti pergerakan lelaki tadi, mengarah kemana dia larinya, dan ternyata secepat itu dia hilang ditikungan,

Tak berapa lama, muncullah segerombolan orang dari arah yang sama dengan menunjuk-nunjuk arah lari lelaki tadi, dengan persepsi ngawur, saya mensinyalir lelaki tadi adalah seorang pelaku kejahatan, dan benarlah setelah saya tanyakan ke salah seorang dari pengejar itu, menyatakan bahwa lelaki tadi adalah seorang pencuri ayam, dan sebelum sempat membawa kabur ayam curiannya, aksinya ada yang memergoki, sehingga diteriaki maling, akhirnya lelaki tadi sontak lari tunggang langgang.

Dalam usaha pengejaran itu, pencuri itu tidak berhasil ditangkap, entah mengapa ada perasaan lega mendengar pencuri tersebut tidak tertangkap, bukan apa-apa, karena saya pernah menyaksikan dengan mata kepala sendiri, seorang pencuri jemuran yang tertangkap warga, menjadi bulan-bulanan hajaran beberapa warga sebelum diserahkan ke pak RT, pun setelah dirumah pak RT dan dilanjutkan ke kelurahan, hajaran demi hajaran masih diterima pencuri tadi, dan salah satu yang ikut menghajar adalah seorang TNI, beliau memukuli pencuri jemuran itu dengan sebatang kayu disaksikan warga,

ada rasa iba dihati saya terhadap pencuri itu, walau bagaimanapun tindakan mencuri itu salah, namun perlakuan yang seperti itu juga bukan tindakan yang bisa dimaklumi, karena negara sudah mengatur mengenai hukuman pencurian, kita tidak bolah main hakim sendiri, dan kita seharusnya mengikuti peraturan itu, tapi kalau ada yang bilang bahwa tindakan menghajar pencuri itu untuk memberikan efek jera, apakah ini menyiratkan adanya ketidakpercayaan masyarakat terhadap sistem pembinaan selama menjalani hukuman dipenjara, berarti penjara belum mampu membina seorang kriminal menjadi orang yang lebih baik sekembalinya dimasyarakat nanti,

karena kenyataannya, banyak pelaku kriminal yang sekeluarnya dari penjara, membentuk grup baru yang mereka kenal sewaktu dipenjara, mengasah keahlian dan menstransfernya satu sama lain, sehingga keluar penjara tambah ahli dalam bidang kriminal dan kembali menjadi residivis. Jika kondisinya terus seperti ini, maka rantai kriminalitas, tidak akan putus meski ada penjara sekalipun, karena fungsi penjara masih tidak menyentuh pada perbaikan mental dan perilaku orang yang dihukum disana.

http://sedjatee.files.wordpress.com/2009/08/maling.jpg

Kembali ke cerita maling ayam tadi, nah meski akhirnya pelaku tidak berhasil ditangkap, tapi pelaku itu sangat apes karena kendaraan mio yang ia bawa pada saat akan menjalankan aksinya, tertinggal tidak jauh dari rumah pemilik ayam incarannya, mungkin karena refleks ingin segera menyelamatkan diri, dia tidak sempat menghampiri sepeda motornya, dan lari secepatnya menghindari amukan warga, apesnya. Sudah tidak dapat ayam, motornya pun disita di kantor polisi, mungkin sebentar lagi diapun akan menyusul motornya dengan dijemput pak polisi, hi hi.

14.49 | 0 komentar | Read More

Penjual Tempe yg Tetap Menjalankan Ibadah Puasa

Meski Puasa, Pak Tua ini Tetap Saja Bandel!

1343792657711217122

Foto : Koleksi Pribadi, Pak Tua Bandel Penjual Tempe

Nah akhirnya ketangkap juga nih Pak Tua. Sudah berapa lama saya ngidam pingin jepret adegan Beliau, namun selalu saja ada halangan.

Ya, setiap pagi saya melihat Engkau berjalan tertatih menyusuri jalan raya, dari gang ke gang menjajakan barang dagangannya, TEMPE.

Setiap hari Beliau membawa 20 sampai 5oan bungkus TEMPE dengan dua ukuran. Harga seribu dan seribulimaratus. Beberapa warung menjadi langganan yang tentu saja harganya diturunkan. Tempe yang tidak laku ternyata dikembalikan ke Pak Tua.

Jika saja semua tempe Pak Tua laku tiap hari, itu berarti bisa meraup keuntungan tidak lebih dari limaribu perak. ASTAGA…!
Tidak pernahkah Engkau berpikir untuk melakukan pekerjaan dengan upah yang lebih besar?

Huh… pernah saya melihat Engkau kesulitan menyebrang jalan raya, berapa kali Engkau harus berhenti menarik nafas yang dalam ketika berada di tanjakan?

Menurut tetangga, Engkau sudah berjualan TEMPE semenjak muda. “Lha waktu aku masih anak-anak Pak Tua itu sudah keliling kampung jualan TEMPE kok mas…” kata seorang Ibu umur limapuluhan.

Pak Tua, tidak tahukah Engkau jika sekarang adalah bulan puasa? bukankah seharusnya Engkau duduk manis di rumah menemani cicit?

Pak Tua, tidak tahukah Engkau jika usiamu sudah renta? hari-hari emasmu sudah berlalu?

Pak Tua, Engkau memang seorang yang BANDEL! Ternyata Engkau sosok yang taat PUASA dan meski demikian, semangatmu tidak pernah SURUT.

Meski Engkau sosok yang BANDEL, namun aku yang muda ini seharusnya MALU! malu pada diri sendiri yang sering MALAS! malu pada diri sendiri karena sering aku banyak ALASAN, PEMBENARAN untuk banyak hal yang tidak perlu.

Meski Engkau berjalan tertatih, bungkuk dan tak bertenaga namun RASA JUANGMU tak juga surut.

Apakah mimpi-mimpimu? Vitamin apakah yang Engkau konsumsi tiap hari?

Pak Tua… harga kedelai sudah naik lho, Apakah Engkau masih BANDEL berjualan TEMPE?

Oh Tuhan, berkati Dia, Jauhkan Dia dari BAHAYA yang setiap saat bisa mencederainya. Mohon kiranya aku yang masih muda ini belajar dari Beliau, semangatnya, telatennya mampukan aku senantiasa mengasihi SESAMA.

Adakah diantara ANDA yang berminat membeli TEMPE Pak Tua BANDEL?

Salam BANDEL,

13437927702048594492
Foto : Koleksi Pribadi, Pak Tua Bandel Penjual Tempe
14.43 | 0 komentar | Read More

Sebuah Kisah Pilu Napi Wanita di Penjara Khusus Narkoba

Sungguh malang nasib Ismi yang harus menghabiskan sebagian masa mudahnya di penjara. Semua ini akibat pergaulan bebas dengan teman-temannya yang suka mengkonsumsi obat terlarang.

Suatu hari saat diminta untuk mengambil barang ke sebuah diskotik, Isti tertangkap karena sedang diadakan razia oleh petugas.

Ismi hanya bisa meratapi nasibnya dengan barang bukti di tangan sedangkan teman-temannya lepas tangan.

Di negeri ini, hukum untuk rakyat yang tidak mampu sungguh adil. Tajam ke bawah tumpul ke atas. Ismi yang tidak mampu membayar pengacara handal untuk membelanya hanya disediakan pengacara seadanya.

Proses persidangan begitu cepat dan hukuman lima tahun dijatuhkan dan Ismi harus pasrah menerimanya.

Di penjara khusus untuk kasus narkoba inilah kisah pilu hidup Ismi dimulai. Ismi yang wajah biasa namun berpenampilan cukup gaya, memiliki tubuh montok yang mengundang selera.
Bayangkan ruang penjara yang berukuran tak seberapa yang normal untuk di tempati 5 orang saja itu diisi sebanyak 15 napi. Penuh sesak dan menyiksa. Entah bagaimana caranya untuk membaringkan saat tidur?

Para napi benar-benar hanya dianggap sampah saja bila melihat perlakuan yang mereka dapatkan di penjara.

Jangan bayangkan lagi, bagaimana rasa makanan yang disediakan di penjara ini yang seadanya saja.

Bagi napi yang mampu, maka akan mengeluarkan biaya lebih untuk membayar fasilitas untuk ruang dan makanan yang lebih nyaman.

Namun Ismi adalah dari keluarga tidak mampu. Orangtuanya hanyalah petani miskin di kampung. Bahkan selama sidang sampai masuk penjara keluarganya tidak ada yang mau tahu. Karena Ismi ke Jakarta pun tanpa sepengetahuan keluarga sebelumnya.

Tak ada uang bukan masalah, karena masih ada cara untuk menikmati fasilitas yang cukup. Para petugas di penjara menawari Ismi untuk menikmati fasilitas ruang penjara dan makan yang lebih manusiawi dengan menukarkan tubuhnya.

Awalnya Ismi tentu tak berminat, namun ia tak tahan juga hidup dalam penjara yang sebenarnya sudah cukup menyiksa itu, apalagi dengan fasilitas yang tidak manusiawi.

Mau tidak mau, akhirnya Ismi merelakan tubuhnya untuk dinikmati aparat di penjara untuk fasilitas yang lebih manusiawi.

Sepertinya setiap bulan selama 5 tahun Ismi harus rela tubuhnya menjadi mainan oknum-oknum di penjara laknat itu.

Menghadapi kenyataan hidup ini, saat malam Ismi hanya bisa menyesalinya tanpa bisa berbuat apa-apa.
Untuk orang susah seperti dirinya hanya bisa menunggu waktu saja agar bisa keluar dari penjara.

Semua penderitaann itu hanya berawal tertarik mencoba barang setan yang ditawri teman-teman kumpulnya.
Tanpa pikir panjang dan oleh rasa solider Ismi mau mencoba obat terlarang dan kemudian kena razia tanpa bisa membela diri.

Ismi hanyalah satu diantara sekian wanita yang harus merelakan tubuhnya digunakan untuk menyogok para petugas di penjara untuk mendapatkan fasilitas yang lebih.

14.36 | 0 komentar | Read More

Kemiripian Kisah Papua & Kisah Di Film Avatar Pandora

Kisah Papua Mirip Dengan Kisah di Film Avatar Pandora

Kompasianer pasti tahu film besutan sutradara James Cameron yang tahun lalu menjadi primadona Box Office. Saking sukanya saya sampai menyimpan file film itu di harddisk dan masih saya ulang untuk menontonnya. Mengapa? Saya melihat ada kesamaan kisah dalam film Avatar itu dengan kondisi yang ada di tanah Papua.

Kisah film Avatar berlatar belakang keserakahan manusia bumi yang mengambil bahan tambang hingga ke Pandora, salah satu satelit planet Jupiter. Di Pandora sudah bermukim suku asli yang berkulit biru dan postur lebih tinggi. Dari sisi peradaban manusia bumi jauh lebih maju daripada manusia asli Pandora yang digambarkan tak ubahnya warga Papua yang masih menggunakan panah dan senjata tradisional.

Pertambangan yang dilakukan manusia bumi mendapat pertentangan dari manusia asli Pandora. Untuk meredam pertentangan itu manusia bumi memberikan layanan pembuatan jalan raya, sekolah, dan kesehatan bagi manusia Pandora. Disamping itu para ilmuwan bumi membuat tubuh bawaan(Avatar) yang mirip dengan manusia asli namun dikendalikan oleh ruh manusia bumi dari perlengkapan medis yang modern.

Karena salah seorang ilmuwan tewas dirampok saat di bumi maka diganti posisinya oleh saudara kembarnya yang berlatarbelakang marinir, Jake. Dari sinilah ia kemudian menjadi Avatar dan hidup berdampingan dengan manusia Pandora.

Tetapi pada suatu ketika sang pemimpin misi pertambangan menginginkan lahan tambang besar yang ada di Hometree. Hometree adalah pohon raksasa tempat tinggal salah satu suku yang menjadi tempat menginap Jake. Keinginan ini mengusik nurani Jake yang menyaksikan bahwa manusia Pandora adalah manusia yang layak diberi hak hidup dan tidak boleh diganggu secara kasar. Upaya diplomasi gagal yang pada akhirnya manusia bumi menggunakan kekerasan militer dalam mengusir manusia Pandora di Hometree.

Kejadian ini menggugah nurani Jake untuk membela warga setempat. Pertambangan yang dilakukan tidak boleh melanggar hak hidup warga setempat terlebih lagi merenggut nyawa. Pada akhirnya seluruh suku Pandora bersatu dibawah pimpinan Jake yang didaulat sebagai Toruk Macto. Dan perlawanan itu berhasil mengusir para penambang yang telah merusak alam Pandora dan merenggut nyawa warga setempat.

Kita kembali ke Papua. Dari sisi nama ada kemiripan. Papua dan Pandora. Saya tak mengerti apakah James Cameron sengaja untuk menyentil Freeport dengan film ini. Tetapi kisah yang disampaikan sangat mirip. Sehingga menurut saya sudah saatnya lahan pertambangan emas yang kini dikelola oleh Freeport diambil alih oleh BUMN. Salah satu BUMN yang bisa mengambil alih fungsi teknologinya adalah Antam, Aneka Tambang.

Jika hal ini dibiarkan terus berlarut-larut maka warga Papua akan bersatu melawan kehadiran Freeport. Lebih buruk lagi jika kemudian mereka meminta kemerdekaan sebagaimana yang pernah terjadi pada Timor-timur yang kini menjadi Timor Leste.

Alam Papua telah banyak yang rusak akibat pertambangan Freeport. Alih-alih kesejahteraan, rakyat Papua justru hampir tidak menikmati kekayaan emas dan nikel yang terkandung dalam gunung-gunung di area pertambangan. Apakah ini salah Freeport atau salah pejabat yang memakan seluruh uang setoran yang diberikan Freeport sehingga rakyat Papua tidak merasakan manfaatnya. Mari selamatkan Papua.

Papua……………..i see you!

Wassalam

Lukman Sulistyo

14.34 | 0 komentar | Read More

Kisah dari Tambang Batu Bara (Seminggu di Tengah Samudera Lepas) (VERSI LENGKAP))

Suka dan Duka Selama bekerja di Tambang Batubara I (Sebuah Sisi Lain Kehidupan)

Huuf, pada awalnya Aku sama sekali tidak membayangkan bisa bekerja di sebuah Perusahaan Batubara. Apalagi sampai bertugas di luar Pulau Jawa, yang sama sekali asing bagiku. Tapi akhirnya Aku dapat juga mengalami untuk bekerja di salah satu Perusahaan Batubara yang berkantor di Kota Bandung.

Awalnya Aku bekerja adalah sebagai seorang Checker yang bertugas untuk mengecek kiriman Barang dari Stockpile (gudang) ke Pabrik-pabrik yang lokasinya tersebar di Kota Bandung dan sekitarnya. Sungguh pekerjaan yang mengasyikkan bisa keluar masuk Pabrik dan melihat-lihat cara Produksi mereka. Meskipun harus rela untuk panas-panasan saat masuk ke Ruangan Boiler, karena terkadang aku harus mengecek langsung bagus tidaknya hasil batubara yang dikirim oleh perusahaan. Capek, Panas, Kotor dan harus siap mental dimarahi oleh petugas yang mengoperasikan Boiler tersebut jika hasil kiriman batubara kurang memuaskan. Belum lagi jika harus dikejar waktu untuk secepatnya singgah ke beberapa pabrik. Bukan apa-apa, tapi melewati jalanan di kota Bandung sungguh menguji kesabaran. Kota yang luasnya hanya sepertiga Jakarta itu dari siang sampai pagi selalu macet, mana jalanan kecil (yang terlebar hanya By Pass Soekarno-Hatta), angkot banyak yang ngetem dan memberhentikan penumpang seenaknya, sudah begitu ditambah lagi banyak jalur yang satu arah… Huuf, inilah Bandung, kota terbesar no 4 di Indonesia yang macetnya sama dengan Jakarta.

1298837437419937125

Batubara

Misalnya waktu itu Saya sedang mengecek di suatu Pabrik didaerah Cibaligo, Cimahi, terus ada panggilan dari Kantor untuk segera kembali ke Kantor yang berada didaerah Dago, setelah itu disuruh mengecek ke pabrik yang berada di Majalaya. Baru sampai pintu masuk pabrik sudah ditelepon lagi agar secepatnya mengambil surat jalan sopir yang tertinggal di depan Tol Baros dan mengantarkannya ke Pabrik di daerah Batujajar! Huuf… Dalam jangka waktu tidak lebih dari satu jam, mesti beres semua. Benar-benar seperti kilat, bayangkan saja dari Cibaligo ke Dago kemudian ke Majalaya terus lagi Tol Baros (Cimahi), setelah itu menuju Batujajar. Setelah saya lihat jaraknya di km sepeda motor saya menunjukkan 74km! Jarak segitu harus ditempuh kurang lebih satu jam dengan gaya selap selip dan merayap di Kota Bandung…

Tapi, itu hanya salah satu pengalaman, dan masih banyak lagi pengalaman “indah” lainnya. Biasanya kalau hari sabtu, kantor kami tutup setengah hari dan karyawannya dapat pulang pukul 13 wib. Dan sebelum pulang, kami selalu ditraktir oleh Bos untuk pergi makan, entah itu ke Restoran, Mall atau Rumah makan biasa. Tapi bagi kami, sesama karyawan itu adalah suatu penghargaan yang sangat besar sekali. Betapa tidak girang jika seluruh karyawan diajak makan-makan oleh Bosnya sendiri. Itulah pengalaman yang bagi saya pribadi sangat mengharukan, karena menunjukkan Bos sebagai Pemimpin perusahaan mau berbaur dengan karyawannya tanpa harus dibatasi oleh peraturan. Karena kalau kami sedang berada di meja makan, dengan santainya dapat bercerita, bercanda dengan Bos tanpa harus takut-takut. Beda lagi jika sudah menghadapi hari Senin, semua kembali normal dan karyawan tidak bisa tertawa sesuka hatinya.

Terkadang juga saya harus pergi ke Cirebon untuk bertugas mencatat data, saat ada kapal tongkang yang bersandar. Biasanya saya bergadang di Pelabuhan Cirebon selama 3 hari saat Kapal Tongkang menurunkan muatan Batubara menuju Stockpile yang berada di daerah Palimanan. Saya juga sering bolak-balik antara Pelabuhan dengan Stockpile untuk memastikan jalannya Truk yang memuat batubara tersebut. Karena kalau tidak diawasi bisa-bisa terjadi “main mata” antara sopir dengan orang-orang dijalan. Sebab harga satu ton batubara lumayan mahal apalagi dalam satu truk bisa memuat sekitar 25 ton lebih. Biasanya kegiatan dipelabuhan dimulai saat pukul 08 pagi hingga pukul 05 subuh berikutnya. Dan kalau sudah begitu harus pintar-pintar menjaga kondisi tubuh agar selalu fit. Ditambah lagi dengan angin malam yang sangat dingin dan kalau siang udara panas Kota Cirebon sungguh menyengat. Belum lagi debu batubara yang berterbangan membikin kotoran menempel diwajah dan sekujur tubuh. Untuk mengisi waktu luang biasanya kami (2-3 orang) mengisi waktu dengan memancing dilaut dan juga berfoto ria.

Setelah beberapa bulan bekerja, tepatnya saat bulan Juli, saya dipindahkan ke Kalimantan Selatan. Tepatnya didaerah Asam-asam yang berjarak sekitar 200 km dari Banjarmasin…

Suka dan Duka Selama Bekerja di Tambang Batubara II (Batubara = BArang TUhan BAgi RAta???)

Akhirnya saya tiba di Bandara Syamsudin Noor dengan selamat. Setelah melintasi Lautan Jawa yang luas, huuf sampai juga ke Bumi Borneo ini. Kemudian saya bersama Ara (Teman satu perusahaan) dijemput oleh Wanto (Perwakilan dari perusahaan yang Join dengan perusahaan Bos kami). Kami jalan jalan sejenak untuk merasakan kota Banjarmasin diwaktu malam hari, tidak lupa mencicipi rasa Soto Banjar yang terkenal lezat itu. Sambil sesekali cuci mata melirik gadis-gadis Melayu disebuah jembatan panjang dekat Masjid raya. Setelah puas keliling, kami memutuskan untuk beristirahat di Hotel Banjarmasin Indah, salah satu hotel paling mewah di kota seribu sungai (bintang 3*).

Esoknya pada pukul 11, kami berangkat menuju kota Asam-asam yang berada di kecamatan Jorong, Kabupaten Tanah Laut. Kami bertiga mengendarai sebuah mobil Taft keluaran tahun 1994. Saya hanya geleng-geleng kepala saat Wanto mengemudikannya dengan kecepatan hampir 100 km/jam. Saat melihat-lihat pemandangan melalui jendela, saya merasa aneh sebab sepanjang jalan tidak ditemui pegunungan yang tinggi alias datar saja, beda saat melewati Jakarta - Bandung via Puncak atau Tol Cipularang yang dikelilingi banyak bukit dan gunung. Saat melewati Kota Plaihari hujan sangat deras ditambah dengan jalanan yang berlumpur, sampai beberapa kali mobil kami hampir terperosok masuk parit! Untung Wanto sang pengemudi sangat lihai, mirip Juan Pablo Montoya di F1. Dan lagi terbantu oleh Double Gardan, entahlah jika kami hanya memakai mobil kijang atau lainnya, bisa-bisa malah terperosok beneran.

129884134736025298

Rumah yang dijadikan Mes di Kota Asam-asam

Kami sampai di Mes pada pukul 16 sore, langsung disambut oleh Karyawan dari perusahaan Wanto bekerja. Disana kami berkenalan dengan Habib Wai (Habib = orang yang dituakan/ orang yang sangat dipandang), terus langsung disuruh makan sama Acil (Bibi bahasa sana). Kaget juga saat melihat sekeliling rumah besar yang dijadikan mes ini. Sebelah kanan rumah hutan, sebelah kiri hutan, belakang juga hutan bersebelahan dengan sebuah sumur tua yang entah sejak kapan tidak terpakai, yang kata teman-teman sangat angker… (Suka dan duka selama bekerja di Tambang Batubara V : Suara-suara dari Sumur Tua*).
Ditambah lagi dengan halaman rumah yang luas serta berjarak sekitar 100 meter kearah jalan raya, untungnya jalan raya itu selalu ramai dilewati kendaraan karena termasuk jalan Provinsi yang menghubungkan Banjarmasin dan Balikpapan.

Esok paginya kami langsung berangkat ke pelabuhan, jaraknya dari mes sekitar 15 km, dan kalau melalui mobil sekitar 15 menit, tapi jika memakai sepeda motor bisa satu jam lebih. Karena jalan yang dilewati adalah jalur truk pengangkut batubara yang hilir mudik setiap saat tanpa henti. Di pelabuhan saya langsung menuju ke stokpile tempat batubara kami ditumpuk serta langsung melihat-lihat kondisi di sekeliling dermaga. Oh ya, di Asam-asam terdapat beberapa Pelabuhan Batubara seperti Cenko, DTBS, KSO dan serta pelabuhan lainnya. Dahulu menurut cerita Kawan saya, pelabuhan-pelabuhan itu aadalah bekas pelabuhan kayu. Berhubung sekarang sudah sepi, maka banyak yang dialihfungsikan menjadi pelabuhan batubara.

1298841986190115032

Berfoto didalam tongkang

Di dalam pelabuhan biasanya saya mencatat truk yang masuk di timbangan serta mengawasi persediaan batubara di stockpile yang kami sewa. Karena kalau tidak ada yang mengawasi disana rawan akan pencurian, seperti seorang teman baru yang ditugasi oleh perusahaannya bercerita bahwa sore tadi ia melihat tumpukan batubaranya sudah menggunung, tapi entah bagaimana. Selepas Isya tiba-tiba gundukan batubaranya menjadi sedikit dan terlihat bekas jejak kedukan alat berat (Loader*). Mungkin karena ditinggal sebentar olehnya, ada seseorang yang mengambil batubara tersebut. Entah Operator Nakal atau Pengumpul batubara ilegal yang kemudian dijual kembali dengan harga tinggi.

Tapi itulah Batubara, yang banyak orang mengatakan sebagai “Barang Tuhan Bagi Rata”…
Saya juga mendengar bahwa banyak Pengusaha baru yang tertipu saat membeli batubara dalam pelabuhan. Ceritanya begini, jika ada beberapa orang yang melihat tumpukan batubara di pelabuhan, saya contohkan sebagai si C, kemudian tertarik karena kalori tinggi serta sulfur yang rendah (saat dites ke lab). Terus ia ingin membelinya dengan orang yang mengawasi batubara tersebut, si B. Nah saat itu, ia tak sadar kalau orang yang mengawasinya ternyata bukan asli perwakilan dari perusahaan tersebut. Hanya orang yang suka menipu dan memanfaatkan kelengahan dan ketidak tahuan calon pembeli. Kemudian saat transaksi semua sudah selesai dan si C yang membeli batubara itu ingin mengangkutnya kedalam tongkang, tiba-tiba ada yang mencegahnya. Dan yang mencegahnya tak lain adalah orang yang benar-benar mempunyai tumpukan batubara tersebut (si A) sedangkan orang yang mengaku sebagai pemilik batubara sebelumnya adalah fiktif belaka (si C). Karena diantara Sang pembeli dan Pemilik batubara yang sebenarnya tidak ada yang mau mengalah, maka polemik ini diselesaikan dengan surat asli dari pelabuhan, bahwa pemilik asli batubara ini adalah si A dan bukan si C yang bertransaksi dengan Bos tersebut. Hingga akhirnya lemas lunglai perasaan Pengusaha (si B) tersebut. Karena sudah banyak keluar uang yang tidak sedikit untuk membeli batubara itu. Seperti yang saya tahu, batubara per ton sekitar rp 300 ribu, kemudiana biaya surveyor, biaya angkut dari pelabuhan, belum lagi biaya sewa tongkang yang mencapai rp 400rb untuk sekali angkut ke Pulau Jawa (tahun 2007*). Ya itulah sisi lain dari bisnis batubara, banyak yang sukses tetapi lebih banyak lagi yang gagal.

Sepertia ada ujar-ujar, bahwa seorang Pengusaha dari Jawa yang ingin belajar Ulun dan Pian (bahasa sananya aku, kamu*) Itu tidak gampang dan harus mengeluarkan uang ratusan juta rupiah. Itu hanya kata kiasan disana, tetapi memang benar, kalau tidak bisa pandai-pandai beradaptasi bisa-bisa tertipu seperti yang saya ceritakan diatas.

Kisah dari Tambang Batu Bara (Seminggu di Tengah Samudera Lepas) (TAMAT)

Written By Baginda Ery on Selasa, 31 Juli 2012 | 23:23

Sudah empat hari ini saya melupakan kisah pengalaman sewaktu bekerja di Tambang Batubara dahulu. Gara-gara sibuk merenovasi Blog pribadi yang sudah setahun tidak dijamah. Untungnya masih lekat sisa-sisa kenangan yang berada di otak kepala saya yang kecil ini. Begitu juga dengan foto-foto, sampai saat ini masih tersimpan dengan rapi. Sebab sebuah kenangan, bagi saya sangat penting. Sebagai bekal untuk bercerita nanti kepada Anak dan Cucu.

* * *

Memasuki bulan Ramadhan, adalah saat-saat yang mendebarkan bagi saya. Karena tidak seperti tahun lalu saat buka, dan sahur kumpul bareng keluarga. Puasa tahun ini harus siap untuk jauh dari keluarga, dan pulangnya minimal seminggu sebelum Lebaran. Tidak enak sih, tapi namanya juga bekerja harus siap menerima dengan lapang dada.

Awalnya sih berat, karena saya setiap hari harus berada dipelabuhan yang panas dan banyak debu beterbangan. Sampai-sampai saya ingin buka puasa pada waktu jam masih pukul 13 siang! Untung saja saya diingatkan oleh teman, kalau tidak… mungkin saya sudah berlari menuju timbangan yang ada kantin. Tapi saat buka puasa, terasa nikmat sekali. Bahkan saya merasa ini adalah anugerah, bisa bertahan dari imsak hingga maghrib dengan kuat menghadapi godaan. Saat buka, kami langsung menuju ke pasar yang berada di simpang empat kota asam-asam. Disana langsung saja saya menghabiskan 3 gelas es kelapa dengan ditambah sepiring nasi padang pakai lauk ayam bakar! Teman saya jadi kaget, sampai-sampai dia bilang ke saya, “kamu, puasa atau dendam???
Saya hanya tersenyum sambil mengangguk kecil tanda entah setuju atau entah saya lagi tanggung dengan kegiatan yang sangat mengasyikkan ini. Setelah kenyang, kami istirahat sejenak untuk segera melanjutkan Sholat Taraweh di Masjid. Untungnya Sholat Taraweh disana sangat singkat, 11 Rakaat dengan bacaan yang pendek. Setelah selesai kami pulang, dan semalaman kami tidak ada yang tidur, semua pada bergadang. Entah main domino, main internet, atau seperti saya nelpon Orang tua, karena terus terang saya kangen juga akan suasana Puasa di Kampung halaman…

1298843012422089284

Saat sebelum pengukuran muatan Tongkang (Final Draft)

Nah saat sahur ini yang menarik, karena saya yang paling kecil di mes. Maka saya disuruh oleh Habib untuk pergi beli makanan jam 02 dini hari bersama seorang teman. Mending kalau naik mobil tapi ini hanya naik sepeda motor! (Kebetulan Mobil Taft Rocky yang biasa kami pakai sedang rusak, Hidrolik pecah dan gardannya sedang bermasalah, terus diservis di bengkel sejak seminggu yang lalu). Ga bisa dibayangkan, naik sepeda berdua saat tengah malam buta didaerah yang sama sekali asing bagiku. Untung saya ditemani oleh Wanto, seorang Melayu keturunan Jawa dari kedua Orang tuanya. Uuups benar-benar dingin udara di malam ini dan juga lumayan gelap. Untung bulan puasa, kalau hari biasa saya bisa merinding keluyuran tengah malam begini…
Selama disana saya hanya sanggup puasa sekitar 11 hari, sisanya tidak kuat dan memang tidak niat (entah karena tidak sahur atau pekerjaan yang berat). Kemudian pada tanggal akhir September datang kapal untuk melakukan Loading, memuat 8000 ton batubara untuk diangkut ke Cirebon. Setelah selesai memuat, saya langsung ikut di Tug Boat. Karena sudah tidak kebagian tiket pesawat dan juga Lebaran sudah tinggal beberapa hari lagi. Mau tidak mau, saya harus pulang dengan tongkang itu, daripada Lebaran tidak berkumpul dengan keluarga.
Hari selasa setelah selesai memuat batubara dan dilakukan pengukuran oleh surveyor (Final Draft), tug boat berangkat dari Pelabuhan, perkiraan sekitar satu minggu saya akan mengarungi samudera lepas. Benar-benar membayangkan pun tidak pernah, apalagi mimpi seperti ini. Tapi inilah kenyataan yang harus saya hadapi, pergi dengan Pesawat dan pulang menumpang kapal Tongkang…

Hari pertama disamudera lepas sungguh tidak mengenakkan, saya benar-benar mengalami apa yang dinamakan mabok laut. Ombak yang besar sering menghantam kapal yang kecil tapi bisa menarik muatan 12.000 ton. Belum lagi kalau hujan, semua terasa ngeri untuk dibayangkan. Saya hanya bisa tiduran dibawah dek kapal sambil berdoa semoga tidak terjadi apa-apa. Anehnya Kapten, Chief dan Awak kapal lainnya tidak merasa apa-apa, mungkin karena sudah biasa jadi mereka santai menghadapi masalah seperti ini. Beda dengan saya yang baru kali ini menyeberang laut luas dengan kapal yang kecil. Sebenarnya saya sering juga naik kapal atau feri, tapi semuanya kapal besar dan jarak tempuhnya tidak begitu lama paling hanya 2-3 jam. Seperti yang sering saya alami saat menyeberang dari Merak menuju Bakauheni, dari Gilimanuk ke Surabaya, atau dahulu dari Batam ke Dumai.

Saya sampai tidak bisa makan selama beberapa hari, sebab setelah menelan nasi badan saya menjadi mual akibat kapal yang bergoyang terus. Padahal masakan didalam kapal sungguh lezat, koki pandai sekali membuat masakan yang membuat semua awak kapal makan dengan nambah, kecuali saya.

Kegiatan selama di Tugboat tidak ada, hanya menghitung hari supaya cepat sampai ke rumah dengan selamat. Sesekali saya foto-foto pemandangan di laut, dan yang menarik saat banyak ikan lumba-lumba yang berlompatan ketika kami melewati pulau Karimun Jawa di sebelah utara Semarang. Sungguh keren dan sangat indah pemandangannya, tidak menyesal juga saya harus mengikuti kapal ini.

12988431561253529551

Bergaya sebagai Juru Mudi…

Kalau malam hari saya paling hanya melihat tv dan menonton beberap awak kapal yang main kartu domino untuk membunuh waktu. Sambil sesekali saya mencicipi minuman beralkohol. Yuupz, mendengar kata Alkohol saya jadi mengingatnya, karena dari 2 lemari es yang ada di kapal, satu untuk menaruh daging dan sayuran, dan satunya lagi khusus untuk menaruh minuman berbagai jenis, hingga penuh! Benar-benar hobi minum orang yang ada disini, pikirku saat pertama kali membuka lemari es yang berisi minuman beralkohol semua, semuanya tersedia dari yang berharga murah hingga perbotol sekitar jutaan rupiah, dan dari yang kadar alkoholnya 0,5% sampai yang murni 100% alkohol…

Tapi itulah manusia, meskipun sudah terbiasa dilaut dan sering menghadapi badai, namun disaat tertentu mereka juga merasakan apa yang disebut dengan mabuk laut. Dan kalau begitu, mereka langsung meminum minuman alkohol untuk menghilangkan rasa mual.

Saat pertama kali melihat Gunung Ciremai dari kejauhan, perasaan saya sungguh girang tak terhingga. Berarti sudah hampir sampai pelabuhan Cirebon, dan tidak lama lagi saya bisa berkumpul dengan keluarga…

* * *


14.32 | 1 komentar | Read More

Kisah dari Tambang Batu Bara (Seminggu di Tengah Samudera Lepas) (Ep.1)

Suka dan Duka Selama bekerja di Tambang Batubara I (Sebuah Sisi Lain Kehidupan)

Huuf, pada awalnya Aku sama sekali tidak membayangkan bisa bekerja di sebuah Perusahaan Batubara. Apalagi sampai bertugas di luar Pulau Jawa, yang sama sekali asing bagiku. Tapi akhirnya Aku dapat juga mengalami untuk bekerja di salah satu Perusahaan Batubara yang berkantor di Kota Bandung.

Awalnya Aku bekerja adalah sebagai seorang Checker yang bertugas untuk mengecek kiriman Barang dari Stockpile (gudang) ke Pabrik-pabrik yang lokasinya tersebar di Kota Bandung dan sekitarnya. Sungguh pekerjaan yang mengasyikkan bisa keluar masuk Pabrik dan melihat-lihat cara Produksi mereka. Meskipun harus rela untuk panas-panasan saat masuk ke Ruangan Boiler, karena terkadang aku harus mengecek langsung bagus tidaknya hasil batubara yang dikirim oleh perusahaan. Capek, Panas, Kotor dan harus siap mental dimarahi oleh petugas yang mengoperasikan Boiler tersebut jika hasil kiriman batubara kurang memuaskan. Belum lagi jika harus dikejar waktu untuk secepatnya singgah ke beberapa pabrik. Bukan apa-apa, tapi melewati jalanan di kota Bandung sungguh menguji kesabaran. Kota yang luasnya hanya sepertiga Jakarta itu dari siang sampai pagi selalu macet, mana jalanan kecil (yang terlebar hanya By Pass Soekarno-Hatta), angkot banyak yang ngetem dan memberhentikan penumpang seenaknya, sudah begitu ditambah lagi banyak jalur yang satu arah… Huuf, inilah Bandung, kota terbesar no 4 di Indonesia yang macetnya sama dengan Jakarta.

1298837437419937125

Batubara

Misalnya waktu itu Saya sedang mengecek di suatu Pabrik didaerah Cibaligo, Cimahi, terus ada panggilan dari Kantor untuk segera kembali ke Kantor yang berada didaerah Dago, setelah itu disuruh mengecek ke pabrik yang berada di Majalaya. Baru sampai pintu masuk pabrik sudah ditelepon lagi agar secepatnya mengambil surat jalan sopir yang tertinggal di depan Tol Baros dan mengantarkannya ke Pabrik di daerah Batujajar! Huuf… Dalam jangka waktu tidak lebih dari satu jam, mesti beres semua. Benar-benar seperti kilat, bayangkan saja dari Cibaligo ke Dago kemudian ke Majalaya terus lagi Tol Baros (Cimahi), setelah itu menuju Batujajar. Setelah saya lihat jaraknya di km sepeda motor saya menunjukkan 74km! Jarak segitu harus ditempuh kurang lebih satu jam dengan gaya selap selip dan merayap di Kota Bandung…

Tapi, itu hanya salah satu pengalaman, dan masih banyak lagi pengalaman “indah” lainnya. Biasanya kalau hari sabtu, kantor kami tutup setengah hari dan karyawannya dapat pulang pukul 13 wib. Dan sebelum pulang, kami selalu ditraktir oleh Bos untuk pergi makan, entah itu ke Restoran, Mall atau Rumah makan biasa. Tapi bagi kami, sesama karyawan itu adalah suatu penghargaan yang sangat besar sekali. Betapa tidak girang jika seluruh karyawan diajak makan-makan oleh Bosnya sendiri. Itulah pengalaman yang bagi saya pribadi sangat mengharukan, karena menunjukkan Bos sebagai Pemimpin perusahaan mau berbaur dengan karyawannya tanpa harus dibatasi oleh peraturan. Karena kalau kami sedang berada di meja makan, dengan santainya dapat bercerita, bercanda dengan Bos tanpa harus takut-takut. Beda lagi jika sudah menghadapi hari Senin, semua kembali normal dan karyawan tidak bisa tertawa sesuka hatinya.

Terkadang juga saya harus pergi ke Cirebon untuk bertugas mencatat data, saat ada kapal tongkang yang bersandar. Biasanya saya bergadang di Pelabuhan Cirebon selama 3 hari saat Kapal Tongkang menurunkan muatan Batubara menuju Stockpile yang berada di daerah Palimanan. Saya juga sering bolak-balik antara Pelabuhan dengan Stockpile untuk memastikan jalannya Truk yang memuat batubara tersebut. Karena kalau tidak diawasi bisa-bisa terjadi “main mata” antara sopir dengan orang-orang dijalan. Sebab harga satu ton batubara lumayan mahal apalagi dalam satu truk bisa memuat sekitar 25 ton lebih. Biasanya kegiatan dipelabuhan dimulai saat pukul 08 pagi hingga pukul 05 subuh berikutnya. Dan kalau sudah begitu harus pintar-pintar menjaga kondisi tubuh agar selalu fit. Ditambah lagi dengan angin malam yang sangat dingin dan kalau siang udara panas Kota Cirebon sungguh menyengat. Belum lagi debu batubara yang berterbangan membikin kotoran menempel diwajah dan sekujur tubuh. Untuk mengisi waktu luang biasanya kami (2-3 orang) mengisi waktu dengan memancing dilaut dan juga berfoto ria.

Setelah beberapa bulan bekerja, tepatnya saat bulan Juli, saya dipindahkan ke Kalimantan Selatan. Tepatnya didaerah Asam-asam yang berjarak sekitar 200 km dari Banjarmasin…

* * *

14.30 | 0 komentar | Read More

Kisah dari Tambang Batu Bara (Seminggu di Tengah Samudera Lepas) (Ep.2)

Suka dan Duka Selama Bekerja di Tambang Batubara II (Batubara = BArang TUhan BAgi RAta???)

Akhirnya saya tiba di Bandara Syamsudin Noor dengan selamat. Setelah melintasi Lautan Jawa yang luas, huuf sampai juga ke Bumi Borneo ini. Kemudian saya bersama Ara (Teman satu perusahaan) dijemput oleh Wanto (Perwakilan dari perusahaan yang Join dengan perusahaan Bos kami). Kami jalan jalan sejenak untuk merasakan kota Banjarmasin diwaktu malam hari, tidak lupa mencicipi rasa Soto Banjar yang terkenal lezat itu. Sambil sesekali cuci mata melirik gadis-gadis Melayu disebuah jembatan panjang dekat Masjid raya. Setelah puas keliling, kami memutuskan untuk beristirahat di Hotel Banjarmasin Indah, salah satu hotel paling mewah di kota seribu sungai (bintang 3*).

Esoknya pada pukul 11, kami berangkat menuju kota Asam-asam yang berada di kecamatan Jorong, Kabupaten Tanah Laut. Kami bertiga mengendarai sebuah mobil Taft keluaran tahun 1994. Saya hanya geleng-geleng kepala saat Wanto mengemudikannya dengan kecepatan hampir 100 km/jam. Saat melihat-lihat pemandangan melalui jendela, saya merasa aneh sebab sepanjang jalan tidak ditemui pegunungan yang tinggi alias datar saja, beda saat melewati Jakarta - Bandung via Puncak atau Tol Cipularang yang dikelilingi banyak bukit dan gunung. Saat melewati Kota Plaihari hujan sangat deras ditambah dengan jalanan yang berlumpur, sampai beberapa kali mobil kami hampir terperosok masuk parit! Untung Wanto sang pengemudi sangat lihai, mirip Juan Pablo Montoya di F1. Dan lagi terbantu oleh Double Gardan, entahlah jika kami hanya memakai mobil kijang atau lainnya, bisa-bisa malah terperosok beneran.

129884134736025298

Rumah yang dijadikan Mes di Kota Asam-asam

Kami sampai di Mes pada pukul 16 sore, langsung disambut oleh Karyawan dari perusahaan Wanto bekerja. Disana kami berkenalan dengan Habib Wai (Habib = orang yang dituakan/ orang yang sangat dipandang), terus langsung disuruh makan sama Acil (Bibi bahasa sana). Kaget juga saat melihat sekeliling rumah besar yang dijadikan mes ini. Sebelah kanan rumah hutan, sebelah kiri hutan, belakang juga hutan bersebelahan dengan sebuah sumur tua yang entah sejak kapan tidak terpakai, yang kata teman-teman sangat angker… (Suka dan duka selama bekerja di Tambang Batubara V : Suara-suara dari Sumur Tua*).
Ditambah lagi dengan halaman rumah yang luas serta berjarak sekitar 100 meter kearah jalan raya, untungnya jalan raya itu selalu ramai dilewati kendaraan karena termasuk jalan Provinsi yang menghubungkan Banjarmasin dan Balikpapan.

Esok paginya kami langsung berangkat ke pelabuhan, jaraknya dari mes sekitar 15 km, dan kalau melalui mobil sekitar 15 menit, tapi jika memakai sepeda motor bisa satu jam lebih. Karena jalan yang dilewati adalah jalur truk pengangkut batubara yang hilir mudik setiap saat tanpa henti. Di pelabuhan saya langsung menuju ke stokpile tempat batubara kami ditumpuk serta langsung melihat-lihat kondisi di sekeliling dermaga. Oh ya, di Asam-asam terdapat beberapa Pelabuhan Batubara seperti Cenko, DTBS, KSO dan serta pelabuhan lainnya. Dahulu menurut cerita Kawan saya, pelabuhan-pelabuhan itu aadalah bekas pelabuhan kayu. Berhubung sekarang sudah sepi, maka banyak yang dialihfungsikan menjadi pelabuhan batubara.

1298841986190115032

Berfoto didalam tongkang

Di dalam pelabuhan biasanya saya mencatat truk yang masuk di timbangan serta mengawasi persediaan batubara di stockpile yang kami sewa. Karena kalau tidak ada yang mengawasi disana rawan akan pencurian, seperti seorang teman baru yang ditugasi oleh perusahaannya bercerita bahwa sore tadi ia melihat tumpukan batubaranya sudah menggunung, tapi entah bagaimana. Selepas Isya tiba-tiba gundukan batubaranya menjadi sedikit dan terlihat bekas jejak kedukan alat berat (Loader*). Mungkin karena ditinggal sebentar olehnya, ada seseorang yang mengambil batubara tersebut. Entah Operator Nakal atau Pengumpul batubara ilegal yang kemudian dijual kembali dengan harga tinggi.

Tapi itulah Batubara, yang banyak orang mengatakan sebagai “Barang Tuhan Bagi Rata”…
Saya juga mendengar bahwa banyak Pengusaha baru yang tertipu saat membeli batubara dalam pelabuhan. Ceritanya begini, jika ada beberapa orang yang melihat tumpukan batubara di pelabuhan, saya contohkan sebagai si C, kemudian tertarik karena kalori tinggi serta sulfur yang rendah (saat dites ke lab). Terus ia ingin membelinya dengan orang yang mengawasi batubara tersebut, si B. Nah saat itu, ia tak sadar kalau orang yang mengawasinya ternyata bukan asli perwakilan dari perusahaan tersebut. Hanya orang yang suka menipu dan memanfaatkan kelengahan dan ketidak tahuan calon pembeli. Kemudian saat transaksi semua sudah selesai dan si C yang membeli batubara itu ingin mengangkutnya kedalam tongkang, tiba-tiba ada yang mencegahnya. Dan yang mencegahnya tak lain adalah orang yang benar-benar mempunyai tumpukan batubara tersebut (si A) sedangkan orang yang mengaku sebagai pemilik batubara sebelumnya adalah fiktif belaka (si C). Karena diantara Sang pembeli dan Pemilik batubara yang sebenarnya tidak ada yang mau mengalah, maka polemik ini diselesaikan dengan surat asli dari pelabuhan, bahwa pemilik asli batubara ini adalah si A dan bukan si C yang bertransaksi dengan Bos tersebut. Hingga akhirnya lemas lunglai perasaan Pengusaha (si B) tersebut. Karena sudah banyak keluar uang yang tidak sedikit untuk membeli batubara itu. Seperti yang saya tahu, batubara per ton sekitar rp 300 ribu, kemudiana biaya surveyor, biaya angkut dari pelabuhan, belum lagi biaya sewa tongkang yang mencapai rp 400rb untuk sekali angkut ke Pulau Jawa (tahun 2007*). Ya itulah sisi lain dari bisnis batubara, banyak yang sukses tetapi lebih banyak lagi yang gagal.

Sepertia ada ujar-ujar, bahwa seorang Pengusaha dari Jawa yang ingin belajar Ulun dan Pian (bahasa sananya aku, kamu*) Itu tidak gampang dan harus mengeluarkan uang ratusan juta rupiah. Itu hanya kata kiasan disana, tetapi memang benar, kalau tidak bisa pandai-pandai beradaptasi bisa-bisa tertipu seperti yang saya ceritakan diatas.

* * *

14.29 | 0 komentar | Read More

Kisah dari Tambang Batu Bara (Seminggu di Tengah Samudera Lepas) (TAMAT)

Sudah empat hari ini saya melupakan kisah pengalaman sewaktu bekerja di Tambang Batubara dahulu. Gara-gara sibuk merenovasi Blog pribadi yang sudah setahun tidak dijamah. Untungnya masih lekat sisa-sisa kenangan yang berada di otak kepala saya yang kecil ini. Begitu juga dengan foto-foto, sampai saat ini masih tersimpan dengan rapi. Sebab sebuah kenangan, bagi saya sangat penting. Sebagai bekal untuk bercerita nanti kepada Anak dan Cucu.

* * *

Memasuki bulan Ramadhan, adalah saat-saat yang mendebarkan bagi saya. Karena tidak seperti tahun lalu saat buka, dan sahur kumpul bareng keluarga. Puasa tahun ini harus siap untuk jauh dari keluarga, dan pulangnya minimal seminggu sebelum Lebaran. Tidak enak sih, tapi namanya juga bekerja harus siap menerima dengan lapang dada.

Awalnya sih berat, karena saya setiap hari harus berada dipelabuhan yang panas dan banyak debu beterbangan. Sampai-sampai saya ingin buka puasa pada waktu jam masih pukul 13 siang! Untung saja saya diingatkan oleh teman, kalau tidak… mungkin saya sudah berlari menuju timbangan yang ada kantin. Tapi saat buka puasa, terasa nikmat sekali. Bahkan saya merasa ini adalah anugerah, bisa bertahan dari imsak hingga maghrib dengan kuat menghadapi godaan. Saat buka, kami langsung menuju ke pasar yang berada di simpang empat kota asam-asam. Disana langsung saja saya menghabiskan 3 gelas es kelapa dengan ditambah sepiring nasi padang pakai lauk ayam bakar! Teman saya jadi kaget, sampai-sampai dia bilang ke saya, “kamu, puasa atau dendam???
Saya hanya tersenyum sambil mengangguk kecil tanda entah setuju atau entah saya lagi tanggung dengan kegiatan yang sangat mengasyikkan ini. Setelah kenyang, kami istirahat sejenak untuk segera melanjutkan Sholat Taraweh di Masjid. Untungnya Sholat Taraweh disana sangat singkat, 11 Rakaat dengan bacaan yang pendek. Setelah selesai kami pulang, dan semalaman kami tidak ada yang tidur, semua pada bergadang. Entah main domino, main internet, atau seperti saya nelpon Orang tua, karena terus terang saya kangen juga akan suasana Puasa di Kampung halaman…

1298843012422089284

Saat sebelum pengukuran muatan Tongkang (Final Draft)

Nah saat sahur ini yang menarik, karena saya yang paling kecil di mes. Maka saya disuruh oleh Habib untuk pergi beli makanan jam 02 dini hari bersama seorang teman. Mending kalau naik mobil tapi ini hanya naik sepeda motor! (Kebetulan Mobil Taft Rocky yang biasa kami pakai sedang rusak, Hidrolik pecah dan gardannya sedang bermasalah, terus diservis di bengkel sejak seminggu yang lalu). Ga bisa dibayangkan, naik sepeda berdua saat tengah malam buta didaerah yang sama sekali asing bagiku. Untung saya ditemani oleh Wanto, seorang Melayu keturunan Jawa dari kedua Orang tuanya. Uuups benar-benar dingin udara di malam ini dan juga lumayan gelap. Untung bulan puasa, kalau hari biasa saya bisa merinding keluyuran tengah malam begini…
Selama disana saya hanya sanggup puasa sekitar 11 hari, sisanya tidak kuat dan memang tidak niat (entah karena tidak sahur atau pekerjaan yang berat). Kemudian pada tanggal akhir September datang kapal untuk melakukan Loading, memuat 8000 ton batubara untuk diangkut ke Cirebon. Setelah selesai memuat, saya langsung ikut di Tug Boat. Karena sudah tidak kebagian tiket pesawat dan juga Lebaran sudah tinggal beberapa hari lagi. Mau tidak mau, saya harus pulang dengan tongkang itu, daripada Lebaran tidak berkumpul dengan keluarga.
Hari selasa setelah selesai memuat batubara dan dilakukan pengukuran oleh surveyor (Final Draft), tug boat berangkat dari Pelabuhan, perkiraan sekitar satu minggu saya akan mengarungi samudera lepas. Benar-benar membayangkan pun tidak pernah, apalagi mimpi seperti ini. Tapi inilah kenyataan yang harus saya hadapi, pergi dengan Pesawat dan pulang menumpang kapal Tongkang…

Hari pertama disamudera lepas sungguh tidak mengenakkan, saya benar-benar mengalami apa yang dinamakan mabok laut. Ombak yang besar sering menghantam kapal yang kecil tapi bisa menarik muatan 12.000 ton. Belum lagi kalau hujan, semua terasa ngeri untuk dibayangkan. Saya hanya bisa tiduran dibawah dek kapal sambil berdoa semoga tidak terjadi apa-apa. Anehnya Kapten, Chief dan Awak kapal lainnya tidak merasa apa-apa, mungkin karena sudah biasa jadi mereka santai menghadapi masalah seperti ini. Beda dengan saya yang baru kali ini menyeberang laut luas dengan kapal yang kecil. Sebenarnya saya sering juga naik kapal atau feri, tapi semuanya kapal besar dan jarak tempuhnya tidak begitu lama paling hanya 2-3 jam. Seperti yang sering saya alami saat menyeberang dari Merak menuju Bakauheni, dari Gilimanuk ke Surabaya, atau dahulu dari Batam ke Dumai.

Saya sampai tidak bisa makan selama beberapa hari, sebab setelah menelan nasi badan saya menjadi mual akibat kapal yang bergoyang terus. Padahal masakan didalam kapal sungguh lezat, koki pandai sekali membuat masakan yang membuat semua awak kapal makan dengan nambah, kecuali saya.

Kegiatan selama di Tugboat tidak ada, hanya menghitung hari supaya cepat sampai ke rumah dengan selamat. Sesekali saya foto-foto pemandangan di laut, dan yang menarik saat banyak ikan lumba-lumba yang berlompatan ketika kami melewati pulau Karimun Jawa di sebelah utara Semarang. Sungguh keren dan sangat indah pemandangannya, tidak menyesal juga saya harus mengikuti kapal ini.

12988431561253529551

Bergaya sebagai Juru Mudi…

Kalau malam hari saya paling hanya melihat tv dan menonton beberap awak kapal yang main kartu domino untuk membunuh waktu. Sambil sesekali saya mencicipi minuman beralkohol. Yuupz, mendengar kata Alkohol saya jadi mengingatnya, karena dari 2 lemari es yang ada di kapal, satu untuk menaruh daging dan sayuran, dan satunya lagi khusus untuk menaruh minuman berbagai jenis, hingga penuh! Benar-benar hobi minum orang yang ada disini, pikirku saat pertama kali membuka lemari es yang berisi minuman beralkohol semua, semuanya tersedia dari yang berharga murah hingga perbotol sekitar jutaan rupiah, dan dari yang kadar alkoholnya 0,5% sampai yang murni 100% alkohol…

Tapi itulah manusia, meskipun sudah terbiasa dilaut dan sering menghadapi badai, namun disaat tertentu mereka juga merasakan apa yang disebut dengan mabuk laut. Dan kalau begitu, mereka langsung meminum minuman alkohol untuk menghilangkan rasa mual.

Saat pertama kali melihat Gunung Ciremai dari kejauhan, perasaan saya sungguh girang tak terhingga. Berarti sudah hampir sampai pelabuhan Cirebon, dan tidak lama lagi saya bisa berkumpul dengan keluarga…

* * *

TAMAT

14.23 | 0 komentar | Read More

Sebuah Keluarga'' (Cerpen Motivasi)

Bukan tentang Mereka, Tapi tentang Anda!

Ada sebuah keluarga yang hidupnyya sangat miskin. Keluarga ini memiliki 2 orang putra. Anak pertama, sebut saja si sulung, dan yang ke dua, sebut saja si bungsu.

Karena penghasilan ayah mereka sebagai kepala keluarga sangat tidak mencukupi, si ibu pun terpaksa membantu pemasukan keuangan keluarga dengan bekerja mencuci baju di rumah-rumah keluarga lain yang hidupnya lebih makmur. Setiap hari sang ayah yang hanya bekerja sebagai kuli serabutan selalu mengeluh tentang betapa susahnya hidup. Dia menyalahkan nasib yang menurutnya berpihak hanya kepada orang-orang kaya.

Kedua anak tersebut pun hampir setiap hari menyaksikan orang tua mereka bertengkar karena uang, karena kekurangan uang. Si sulung berkata dalam hatinya, “Mungkin sudah nasibku seperti ini, susah dalam hidup.” Namun berbeda jauh dengan sang kakak, si bungsu ini berkata dalam hatinya, “Orang tuaku hidupnya sangat susah, aku harus hidup jauh lebih makmur dari kebanyakan orang supaya kelak aku bisa mencukupi seluruh kebutuhan keluargaku.”

Tahun berganti, waktu pun telah merubah 2 anak ingusan tadi menjadi 2 pelajar SMP. Anak tertua, si sulung, anak tertua memutuskan untuk berhenti sampai kelas 2 SMP karena dia merasa tidak ada gunanya melanjutkan sekolah hingga tamat karena toh apa yang sudah ditakdirkan Tuhan tidak akan bisa berubah bahwa nasib mereka adalah menjadi orang-orang miskin. Mereka tidak punya kerabat atau kenalan orang-orang kaya atau koneksi yang dapat membantu untuk menjadi orang-orang sukses.

Sementara si adik, sama pikirannya untuk mengakhiri pendidikannya hanya sampai tamat SMP. Dia tak tega melihat ke dua orang tuanya bekerja keras hanya untuk hidup pas-pasan. Namun si adik ini berpikir, “Aku tidak bisa kaya jika aku mengharapkan bekerja sebagai kuli, aku harus berdagang, siapa tahu aku bisa sukses seperti para pemilki toko itu.”

Setelah 7 tahun berselang. Si sulung telah menikah dan mengulangi penderitaan kedua orang tuanya dulu. Yaitu: Bertengkar hampir setiap hari dengan istrinya hanya karena masalah uang dalam jumlah yang relatif sedikit. Ibu mereka pun sering berkunjung ke rumah si sulung ini untuk memberikan sedikit wejangan kepada anak dan menantunya. Ibunya sedih karena nasib anak sulungnya ini mirip seperti kehidupannya dulu.

Sang adik, si bungsu mengalami hidup yang jauh berbeda lebih makmur dibanding sang kakak. Setelah 3 tahun menjadi pedagang keliling, akhirnya ia memutuskan untuk membuka toko sendiri di sebuah pasar. Dan berkat ketekunannya. “Sekarang ia telah memiliki 2 toko serupa di pasar lainnya. Sungguh berbeda keadaan hidup anakku yang bungsu ini”, pikir si ibu waktu berkunjung ke toko anaknya yang bungsu itu. Para pembeli ramai dan setia mengantre untuk dilayani. Sebab jam buka toko si anak ini memang cukup panjang dari pagi hingga menjelang senja hari. Pelayanan sang pemilki toko serta karyawan yang jauh lebih ramah dibanding toko-toko lain, membuat orang-orang senang berbelanja di sana.

Lalu pertanyaannya: “Siapa yang menentukan hidup anda?”

Terinspirasi oleh: Sulung dan Bungsu | Kisah Inspiratif
14.19 | 0 komentar | Read More

Kepada Seorang Dewi''(CERPEN PILIHAN)

ilustrasi pic oleh:eryevolutions

Gusman tak sanggup lagi melanjutkan tulisannya di atas kertas putih yang baru ia tulisi dua kata “Kepada Dewi…” Ia teringat tatkala enam bulan lalu Dewi masih sering berkirim BBM untuk dirinya, Ia teringat setiap pagi Dewi selalu menyapanya dengan BBM paginya “Morning Gus”, “Pagi Gus, apa agenda hari ini?”….Gusman tersenyum mengingat itu. BBM yang singkat! walau singkat, pesan itu selalu Gusman tunggu.

Dia juga masih teringat pesen singkat terakhir Dewi yang dikirim untuknya, ketika sedang jumud untuk menyelesaikan kerjaanya di akhir bulan,. “ Pagi Gus, gemana dengan kerjaanmu, targetmu?.. eh btw, tahukah kamu Gus.. sesungguhnya ketiadaan materi bukan sebuah kemlaratan, tapi kemlaratan sesungguhnya adalah ketika kita kehilangan semangat” Gusman ingat banget kata-kata itu, “luar biasa” batin Gusman.. Gusman selalu kangen BBM singkat Dewi tiap pagi, seakan seperti ruh yang membangkitkan semangatnya untuk melangkah lebih jauh manggapai asanya..

Gusman masih gagal melanjutkan menulis diatas kertas putih itu, kertas putih itu masih berisi tulisan dua kata “Kepada Dewi …”. Ia kembali terlintas akan bayangan itu. ia teringat akan email yang pertama kali Dewi kirim untuknya.. bergegas ia buka emailnya untuk menguatkan kenangan atas Dewi. “Ya Email yg dikirim di bulan Juni “ lirih Gusman yakin..

“Dear Gusman….Saat aku marah, kamu ada
Saat aku susah, kamu ada..Saat aku bimbang, kamu ada
Saat aku senang, kamu pun ada…Terimakasih telah menjadi pendengar setia,
Terimakasih telah bersedia dan ada di saat2 aku ada..Saat aku tak ada pun, kamu ada…Dan selalu ada, meskipun aku tidak tahu kalau kamu ada..Kamu melebihi bayanganku sendiri, terimakasih untuk kebersamaanya selama ini, Solo tanpamu sepi Gus… cheers Dewi”.

Gusman tersenyum..seakan ada sembilu menusuk uluhatinya..Ia putar lagu, terdengar lagu melo milik d massive..”rindu setengah mati”.. “gambus” maki Gusman. Namun diam-diam Gusman mengakui lagu itu sejalan dengan suasana kebatinannya, hingga Gusman tetap membiarkan lagu itu berputar hingga habis.

Gusman kembali menguatkan ingatan dan kenangannya atas sosok Dewi..sosok yg pernah menemani hari harinya dan sosok yang ia kangenin, ”hmmm..ngobrol bersamanya selalu ngagenin dan selalu ada hal baru”, gumam Gusman lirih. Ia teringat akan cerita cerita motivasi Dewi, di saat dia lelah mengejar target kerjaanya, cerita yang membuat lebih semangat dan langkahnya makin mantap, salah satu cerita yang ia sukai

Gusman juga masih menyimpan BBM Dewi, ketika ia terpuruk dan jenuh dengan segala yg terkait dengan kerjaanya..Ia kembali buka BBM itu, “malam Gusman,…Keterpurukan dan kekalahan dalam hidup adalah hal yang biasa, karena dalam hidup selalu ada jarak antara harapan dan kenyataan., cara memperpendek jarak tersebut adalah usaha dan kemauan. Semakin besar kemauan dan usaha menjadi semakin dekat jarak harapan dan kenyataan. Orang bijak mengingatkan pada kita bahwa dalam satu kesulitan sesungguhnya selalu diapit oleh dua kemudahan”…”Keterpurukan dalam hidup harus dipahami sebagai suatu keniscayan, karena kehidupan selalu berputar, kadang dibawah kadang diatas, tergantung bagaimana kita “menegoisasikan”, “dunia tidak adil tapi bisa di negoisasikan” begitu kata Mario Teguh. Mungkin ini yang sering kita lupakan, kita jarang bernegoisasi dengan dunia ketika kita berada dalam keterpurukan, seringkali yang muncul adalah mengeluh atas apa yang terjadi, menawar “ ketidak adilan dunia “ bisa dengan bekerja sepenuh hati dan menyakini apa yang kita lakukan nilainya sama dengan orang lain lakukan.”

Gusman kembali terdiam, “BBM dan email-email Dewi selalu membuatku kembali semangat” Gusman membatin. Ia menarik nafas panjang.. Ia membayangkan bagaimana ia bisa hidup tanpa Dewi yang selama ini mampu memberikan semangat ketika ia terpuruk . Ia coba kuatkan hatinya untuk meneruskan menulis diatas kertas putih itu.. “Kepada Dewi, selamat dan semoga bahagia.. Semoga kelak lahir putra putri dengan pribadi yang membanggakan kalian berdua.. selamat.. semoga sakinah mawadah warahmah.. Hormat saya Agusman”

14.15 | 0 komentar | Read More

Robot yg Selalu Mengikutimu (CERVEN MOTIVASI)

Ngak, Ngek, Aku Robot yang Mengikuti Maumu

Hari ini tepat sudah hari ketiga, aku harus menemuinya. Harus berjuang menyelesaikan semua yang tengahku bereskan. Ya, sudah sejak subuh, mata ini terbuka. Berjalan menuju pancuran air di belakang rumah. Ku basuh muka, tangan hingga kaki untuk berwudhu.

“Semoga hari ini berjalan lancar ya Tuhan, amien !,” Ucapku sembari menengadahkan tangan.

Ku rapikan sajadah dan mukena, ku tutup sembahyang pagi ini dengan penuh harap. Biasanya, selepas sembahyang, mata selalu ingin kembali terpejam. Tapi, tidak untuk hari ini. Ku coba melihat lagi, atas apa yang telah ku kerjakan. Hingga tak terasa, detak jam sudah mengarah tepat pukul 8 pagi. Ya, aku mulai bersiap diri, mengemas semua perlengkapan.

Tumpukan kertas yang sudah terisi tulisan rapi, ku bawa dengan penuh harap. Sebelum perjuangan dimulai, ku arahkan motor untuk menuju warung makan, mengisi energi. Disetiap suapku, masih ku bayangkan, menerka akan terjadi hal apa hari ini. Semua masih menjadi misteri.

Tepat pukul 9 pagi, aku tiba di kampus yang katanya seperti bangunan sekolah. Motorku sudah berjajar bersama motor lain di parkiran, persis dibelakang gedung tempat orang yang ingin ku temui.

“Hhaahh..huffh,”

Ku tarik nafas panjang, sembari mengucap “bismillah”. Pagi ini aku seperti ingin bertemu dengan pejabat, rasanya sedikit gugup, dan masih penuh tanya. Hari ini sebenarnya bukan jadwal untuk orang itu membuka ruangan. Tapi, apa daya, aku punya target, dan aku harus menemuinya hari ini.

Goyang-goyang kaki, sesekali melihat kiri dan kanan, aku duduk dengan rasa gelisah. Belum tampak batang hidungnya, ini sudah 15 menit lamanya. Ku dengar teman-teman disamping, tengah asik bercanda bahagia. Karena, mereka sebentar lagi akan mendaftar menjadi salah satu wisudawan.

“Senangnya jadi mereka, tak merasakan susahnya menjadi aku,” Gumamku dalam hati.

Disaat aku menganggumi apa yang telah teman-teman lakukan, saat itu juga satu orang berkeluh kesah. Dia kesal, karena pihak yang mengurusi pendaftaran sejak tadi tidak datang-datang.

“Ah, bapak itu, kita udah nunggu lama, dan ini sudah mepet harinya, haruskah nunggu lagi,” Gerutunya terdengar memuakkan ditelingaku.

Aku hanya bisa berucap dalam hati, “Ah, kalian terlalu berlebihan mengeluh, lihatlah aku, derita kalian tak sehebat derita yang ku alami”

Aku, adalah salah satu mahasiswa yang menjadi korban dari sebuah kesempurnaan karya ilmiah. Padahal, sangat jelas, karya ilmiah yang ku punya tidak akan diletakkan dihimpitan karya ilmiah lain di Perpustakaan. Karya ilmiahku, hanya akan terhimpit disela-sela karya ilmiah yang menjadi arsip, yang akan tertutup debu-debu, yang dalam hitungan bulan akan dimakan rayap.

Ku coba menenangkan diri, sambil membaca buku. Buku ini buku favouriteku, yang baru ku temukan beberapa hari ini. Didalamnya berisi cerita motivasi, tapi sayangnya, tidak ada cerita yang berlatarbelakang sama dengan kisahku.

Sempat ku temui, ada satu kalimat yang paling mengena dari penulisnya. Ya, kalimat ini pun ku tulis menjadi mottoku, motto disela tumpukan kertas pada karya ilmiahku.

Jangan pernah biarkan pengetahuamu, pembelajaranmu, menghalangi kebenaran (Ajahn Brahm)”

Kata penulis, kalimat itu mengartikan bahwa, tidak semua yang kamu tahu, akan sama dengan apa yang kamu lihat didunia nyata. Aku setuju, teramat sangat setuju. Sudah ada 15 halaman yang ku balik, ku baca sambil menunggu ia yang akan ku temui. Hingga akhirnya aku mencium aroma kedatangannya. Ya, dia ada, dan sedang berjalan terburu-buru. Dengan sigap, aku berlari mengejar, dalam hati aku berucap, “haruskah aku seperti ini, mengejarnya, seperti sedang memburu seorang pejabat penting”.

“Maaf, apa hari ini bisa bimbingan?” Tanyaku pelan.

Tampak mukanya sedikit terganggu dengan kedatanganku yang mendadak.

“Saya sekarang ada kelas, tolong taruh saja di meja ruangan,” Ucapnya sembari berlalu pergi.

Kini mukaku yang berubah sedikit kecewa, dan langkahku pun gontai, berjalan kembali mendekati teman-teman (tadi). Dan kembali membuka buku itu, untuk menghilangkan rasa suntukku. Ya, sudah lebih 3 jam aku duduk disini. Kalau saja pantat ini bisa berakar, dia akan berakar, sangat panjang mungkin.

Tanpa sadar, orang yang ingin ku temui berjalan kearah tempatku duduk, tapi bukan mendatangiku. Justru ia masuk kembali ke ruangan itu, dan sepertinya dia menyadari tak ada apa-apa yang diletakkan diatas mejanya. Hingga ia berjalan keluar ruangan, dan berkata padaku, “taruh saja dimeja saya”.

Saat itu aku masih asik membaca, dan mendengar suaranya seketika membuatku terkejut. Berdiri, dan berjalan masuk keruangan, mengikutinya dibelakang. Ku letakkan tumpukan kertas, persis setelah ia beranjak meninggalkan ruangan tanpa sepatah katapun.

Sepertinya harapan hari ini akan pupus, melihat ia tengah sibuk hilir mudik, membawa berkas. Tapi, aku tetap punya harap, setidaknya 20 persen untuk menemuinya, berbicara empat mata. Ku lihat satu teman berjalan, masuk kedalam ruangan, seperti yang ku lakukan tadi. Saat keluar, temanku berbicara padaku.

“Mau ketemu dia juga? Katanya lusa bakal pergi keluar kota, dan baru bisa ditemui 3 hari lagi,”

Ucapan temanku membuatku mendadak spot jantung.

“Hei, apakah aku harus menunggu dia datang 3 hari lagi, dan saat itu pendaftaran telah tutup,” Geramku dalam hati.

Harapan itu kembali berkurang, menjadi 10 persen, tapi semangatku masih ada dan menyala-nyala. Aku pun beranjak kembali mendatanginya. Ku lihat dari sela jendela kecil, ia tengah mengorek-ore kertas, dan itu bukan miliku, tapi itu kerjaannya. Masih tetap menyala, semangatku menggiringku masuk persis didepan pintu ruangan itu. Belum sempat aku berucap, dia melihatku dan langsung berkata, “Aduuuhh, saya gak suka di buru-buru, dan didatangi kaya gini, tolong besok saja, besok”

Jelas sekali, tangannya bergerak seperti menyuruhku untuk segera meninggalkan ruangan ber-Ac itu. Jleb, harapan itu kini menjadi nol persen, begitupun semangatku. Semakin hilang semangat, ketika aku mengingat kembali apa yang telah ku perjuangkan, apa yang telah ku perbaiki seperti apa yang kamu minta. Tapi, selalu saja ada hal yang belum kamu anggap itu sempurna dimatamu. Dan, ketika itu, aku harus tetap berjuang, lagi, lagi, dan selalu berjuang lagi. Biar sekalian kerontang isi didalam dompet, biar semakin mongering air mata, dan biar orang tuaku semakin didera kekhuatiran.

Ya, sekali lagi, aku hanya manusia, yang mencoba mengikuti aturan. Tapi, aturan itu teramat sulit ku lalui. Lihat, mereka yang tengah tertawa lepas duduk menunggu didepan, mereka itu tidak mengikuti aturan. Hanya aku dan beberapa orang yang harus mengikuti aturan serumit ini. Haruskah aku bersujud untuk meminta?

***

Kita ini sama-sama manusia

Kita ini sama-sama makan nasi

Jadi, tolong, jadikan harapan itu nyata, jangan sia-sia

Jangan terlalu jadi manusia yang tinggi emosi

**

Aturan itu hanya formalitas.

Menyebalkan.

Yogyakarta, Juni.

14.12 | 0 komentar | Read More

BACA JUGA

DAFTAR LENGKAP ARTIKEL BLOG BAGINDAERY

Ikuti situs Bagindaery

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...