Pekerja
di kapal biasa disebut crew, untuk kapal pesiar ada para crew yang
bekerja pada bagian Port Operation meliputi bagian Deck dan Engine, ada
pula para yang bekerja pada bagian Hotel Operation, sebab pada dasarnya
kapal pesiar merupakan hotel yang terapung.
Kelebihan
kapal pesiar dibandingkan dengan hotel pada umumnya adalah bila kita
menginap di hotel, kita hanya bisa melihat tempat-tempat di seputar
hotel itu berada, sedangkan kapal pesiar, kita tidak hanya sekedar
menginap tetapi juga berkesempatan untuk menikmati kemegahan kapal
pesiar, menikmati luasnya lautan, serta mengunjungi tempat-tempat yang
menjadi jalur pelayaran kapal tersebut.
Saya
bekerja di sebuah cruise lines dengan kantor pusat di Miami, Amerika
Serikat sejak Februari 2006, dalam 3 kontrak kerja, saya telah bekerja
maupun diberikan pelatihan di 4 kapal yang berbeda. Sampai saat ini saya
masih aktif bekerja di kapal pesiar. Pertama kali saya bekerja sebagai
Assistant Waitress, lalu dikontrak ke-2 saya dikirim untuk mendapat
pelatihan di bidang Food and Beverages Service selama 2 minggu di kapal
guna persiapan bekerja di Dining Room yang membekali saya dengan
pengetahuan seputar service, menu, wine, dll, selesai pelatihan saya
bekerja sebagai Team Waitress. Di kontrak ke-2 tersebut, saya mencoba
untuk melamar posisi Administrator. Di kontrak saya yang ke-3 saya
diberi kesempatan untuk bekerja di bagian Administrasi sebagai CSA
(Coordinator Staff Admin), dengan posisi saya saat ini saya bekerja
sebagai Staff, dengan gaji tetap, fasilitas lebih walaupun dengan
kontrak yang lebih panjang (sekitar 8 bulanan per kontrak, sebab kontrak
sebagai Team Waitress hanya 6 bulanan), pendapatan yang lebih kecil
dibandingkan dengan yang pernah saya peroleh ketika saya bekerja di
Dining Room. Akan tetapi saya menikmati seluruh pekerjaan saya selama
saya di kapal. Masing-masing posisi memberikan pengalaman unik kepada
saya.
Banyak
masyarakat kita yang masih awam tentang bekerja di kapal pesiar. Mereka
sering mengira bekerja di kapal pesiar sama seperti bekerja di kapal
tanker, kapal ikan maupun kapal kargo. Masih banyak pula pandangan
negatif mengenai para pekerja di kapal , misalnya dengan bekerja di
kapal, pasti bergelimang harta, suka hura-hura maupun main judi &
wanita, begitu juga kepada para wanita yang bekerja di kapal pesiar. Ini
semua tidak sepenuhnya benar. Semuanya itu tergantung pada kepribadian
masing-masing. Memang dengan bekerja di kapal, terutama kapal pesiar,
kita akan mendapat uang lebih dibanding bekerja di negara kita, tetapi
bukan berarti uang datang dengan sendirinya, dengan gampangnya
diperoleh.
Masih
banyak pula orang yang mengira dengan bekerja di kapal pesiar, kita
selalu berada di kapal alias berlayar. Ini tidaklah benar, justru
sebaliknya, kapal pesiar lebih banyak berlabuh di pelabuhan (Port of
Call), jadi pagi hari atau terkadang siang hari, tergantung jadwal dan
jalur pelayaran kapal masing-masing, kapal berlabuh selama sekitar 10
jam (ini juga tergantung jadwal), misal kapal tiba di pelabuhan pada
pukul 7 pagi, kapal akan berlayar kembali pada pukul 5 sore, para tamu
maupun crew yang turun dari kapal diwajibkan kembali ke kapal
selambat-lambatnya 30 menit sebelum kapal berlayar kembali.
Kapal
pesiar biasanya berlayar pada malam hari, dalam 1 minggu berlayar
biasanya terdapat 1-4 hari berlayar/ Sea Day (tidak berturut), sebagai
contoh, mulai berlayar dari Pelabuhan Induk (Home Port) pada hari
Minggu, lalu hari Senin dan Selasa berlayar, ini untuk memberikan
kesempatan pada tamu untuk menikmati kapal pesiar dengan lebih mengenal
berbagai seluk beluk di kapal, lokasi kabin mereka, lokasi tempat-tempat
penting (restauran, kafetaria, bar, casino, tempat pertunjukan, dll).
Hari Rabu, kapal tiba di pelabuhan A lalu hari Kamis berlabuh di
pelabuhan B berlanjut Hari Jumat berlabuh di pelabuhan terakhir,
pelabuhan C. Bila kapal berlabuh maka sebagian besar para tamu akan
turun untuk berjalan-jalan atau ikut tour yang tersedia dengan biaya
tambahan sendiri. Tetapi ada pula tamu yang memilih untuk tetap di kapal
menikmati mandi matahari di sekeliling kolam. Tiap kapal pesiar
memiliki jalur pelayarannya masing-masing. Dan bukan berarti semua kapal
pesiar akan keliling dunia. Biasanya rute pelayaran kapal pesiar ada
yang 3, 4, 5, 7 maupun 12 hari, bahkan lebih, maupun yang rute keliling
dunia. Tarifnyapun tentu saja berbeda-beda.
Di
kapal pesiar selama ini saya bekerja, kapal tersebut berlayar ke
Karibia, Meksiko maupun Bahama, dengan Pelabuhan Induk di Amerika,
seperti di Miami, Los Angeles, San Diego, Galveston, New York, Mobile
atau di Port Canaveral dll. Adapula kapal pesiar yang berlayar di Eropa,
berlayar ke Hawaii maupun Alaska.
Diperlukan kegigihan,
ketabahan dan energi ekstra untuk bekerja di kapal pesiar, karena jauh
dari keluarga dan tanah air, jam kerja yang panjang, terkadang kontrak
kerja yang panjang. Ada beberapa cruise lines dengan kontrak kerja yang
hampir 1 tahun, padahal kita dituntut untuk bekerja 7 hari per minggu.
Jadi tidak ada istilah hari libur bagi para crew yang bekerja di kapal.
Istirahat yang diberikan hanya beberapa jam, misal dalam 1 minggu kita
bekerja, maka kita diberi 1 kali istirahat pagi artinya hari itu kita
mulai bekerja pada siang hari dan 1 kali istirahat siang artinya pada
hari itu kita hanya bekerja pada pagi dan sore hingga malam hari. Memang
kami juga bisa menikmati jam istirahat dengan jalan-jalan di sekitar
pelabuhan. Walau sering tidak puas karena harus kembali bekerja dalam
beberapa jam berikutnya, kecuali kami bekerja pada shift malam, kami
bisa mengurangi jam tidur untuk jalan-jalan di luar dan kembali ke kapal
untuk istirahat sebelum malamnya kami bekerja lagi.
Pada
umumnya, crew lebih memilih menggunakan jam istirahat untuk tidur,
dikarenakan untuk bekerja fisik yang berat memerlukan istirahat yang
cukup, dengan tetap tinggal di kapal, kami bisa lebih berhemat, karena
dengan jalan-jalan di luar, kami biasanya mengisinya acara makan
(berkisar USD 10 per orang, tergantung rumah makan, menu yang dipilih,
jumlah crew yang ikut makan bersama), membeli souvenir atau buah tangan
bagi para crew yang akan pulang ke tanah air. Harga barang-barang di
sekitar pelabuhan yang merupakan area pariwisata, tentu saja harganya
jauh lebih mahal. Atau kami sekedar membeli barang kebutuhan sehari-hari
seperti sabun mandi, sabun cuci / deterjen, shampoo, dll, karena
perusahaan hanya menyediakan mesin cuci dan mesin pengering baju, untuk
deterjen kami harus beli sendiri. Tissue juga tersedia, akan tetapi
sabun mandi, shampoo maupun pembalut wanita harus dibeli dengan uang
dari kantong sendiri. Begitu juga air minum yang tersedia di kapal,
biasanya air yang telah diolah secara kimiawi, sehingga crew lebih
memilih untuk membelinya sendiri dari luar atau membeli di Crew Bar
dengan harga berkisar USD 1 per botol 1500ml.
Perusahaan
menyediakan akomodasi bagi seluruh crew-nya. Tempat tinggal kami di
kapal disebut kabin (cabin) yang tentu saja ukurannya kecil seperti
kamar kost. Kabin para crew ukuran, maupun fasilitasnya tergantung pada
posisi masing-masing. Untuk crew biasa, masing-masing kabin berisikan 2
orang dengan ranjang susun, kamar mandi harus sharing dengan kabin
sebelah. Jadi 1 kamar mandi dipakai untuk 4 orang. Di dalam kabin, di
tempat saya bekerja, terdapat meja, kursi, lemari pakaian, wastafel,
televisi, telpon. Fasilitas keamanan dilengkapi dengan (smoke detector),
sprinkler, life jacket yang jumlahnya sesuai dengan jumlah crew yang
tinggal di kabin tersebut, buku panduan dan informasi tentang “Emergency
Plan”. Merokok, memasak maupun menyeterika di dalam kabin adalah
dilarang keras. Pelanggaran terhadap peraturan ini dapat mengakibatkan
pemecatan. Untuk merokok, telah disediakan tempat khusus, memasak hanya
bagi para juru masak di galley, biasanya crew dari Indonesia hanya akan
menuang air panas atau memasak dengan microwave yang tersedia di Crew
Mess untuk memasak mie instant.
Di
dalam kamar mandi disediakan shower lengkap dengan shower curtain dan
toilet. Para crew diwajibkan menjaga kebersihan di kabin masing-masing,
diadakan inspeksi pada tiap bulannya dan ada juga inspeksi mendadak.
Untuk crew yang bekerja di tingkat management disebut staff, mulai dari
Supervisor hingga posisi Manager. Fasilitas maupun letak kabin para
staff juga tergantung pada posisi staff yang menempatinya, tentu saja
makin tinggi posisi staff tersebut, sudah tentu fasilitas maupun letak
kabinnya akan lebih baik dibanding staff di posisi biasa.
Staff
biasa, mulai dari Supervisor hingga Assistant Manager dengan menyandang
bar 1 (pangkat ditunjukan dengan bar yang berada di pundak) akan
menempati kabin dengan kamar mandi pribadi, artinya hanya 2 orang per
kabin dengan kamar mandi pribadi, jadi tidak perlu sharing dengan kabin
staff lain. Untuk posisi Assistant Manager dengan bar 2 ke atas, mereka
akan menempat kabin tunggal (single cabin), di mana hanya tinggal 1 crew
per kabin. Posisi kabinpun biasanya di atas permukaan air laut, jadi
memungkinkan untuk mempunyai jendela (port hole) di kabinnya.Kabin untuk Petty Officer, Officer maupun Kapten memiliki fasilitasnya masing-masing.
Ada
kelebihan dan ada pula kekurangan, begitu juga dengan bekerja di kapal
pesiar. Adapun kelebihan bekerja di kapal pesiar adalh sebagai berikut:
1.
Kita diberi kesempatan untuk bisa melihat-lihat negara-negara
asing yang sebelumnya mungkin tidak pernah terbesit dalam pikiran kita
untuk mengunjunginya. Misalnya negara-negara di Karibia, Bahama dan lain
sebagainya.
2. Kita akan terbiasa bekerja dengan orang dari
berbagai bangsa sebagai rekan kerja kita. Ini akan memberikan pengalaman
tersendiri bagi kita, karena para crew yang beda bangsa, beda latar
belakang dan budaya, beda bahasa (walaupun kita dituntut untuk berbahasa
Inggris di area tamu/ Guest Area), menuntut kita untuk lebih
beradaptasi.
3. Pendapatan yang diperoleh akan terasa “lebih”
bila dibawa pulang atau dikirim ke Tanah Air. Saya sebut pendapatan
karena berdasarkan pendapatan yang diperoleh, crew yang bekerja di kapal
pesiar dibedakan menjadi 2, yaitu Tipping Position dan Non Tipping
Position. Untuk Non Tipping Position (Galley, Juru Masak, Provision,
Administrasi, Akuntansi, Purser, Deck dan Engine), mereka memperoleh
gaji tetap yang cukup memadai dari perusahaan (cruise lines) sedangkan
untuk Tipping Position (Waiter, Cabin Steward), mereka memperoleh gaji
minim (bisa dikatakan sangat minim, karena ditempat perusahaan saya
bekerja, gaji yang berikan kepada Tipping Position Crew hanya berkisar
USD 75 per bulan), pendapatan mereka yang sesungguhnya berasal dari tips
yang diberikan oleh para tamu, baik itu tips langsung, maupun tips
tidak langsung. Total pendapatan normal yang bisa mereka peroleh
berkisar antara USD 1600 hingga USD 3000–an/bulan, tergantung pada
posisi dan jumlah tamu yang membayar uang jasa (gratuity). Apabila
kurang dari jumlah tersebut bisa dikarenakan tidak semua tamu yang
di-service membayar uang tips, jumlah tamu yang di-service kurang dari
seharusnya, missal dikarenakan sedang low season. Apabila lebih, bisa
dikarenakan semua tamu yang di-service membayar tips dan masih
memberikan tips langsung karena merasa puas dengan pelayanan yang baik,
jumlah tamu yang lebih.
4. Kemampuan berbahasa Inggris juga
mengalami peningkatan, karena kita dituntut untuk selalu berbahasa
Inggris di Area Tamu (Guest Area), bahasa Inggris juga merupakan bahasa
utama untuk berkomunikasi dengan crew lainnya. Kita juga berkesempatan
untuk mempelajari bahasa asing lain seperti bahasa Spanyol, bahasa Italy
maupun bahasa asing lainnya.
5. Diberikan pelatihan mengenai
keselamatan, kebersihan dan menjaga lingkungan. Bahkan apabila kita mau
meluangkan waktu, kita bisa belajar bahasa, komputer, management dan
lain sebagainya. Untuk para crew yang baru pertama kali bekerja di kapal
pesiar, maupun bagi para crew yang baru kembali dari masa liburan akan
diberikan berbagai pelatihan, panduan dan berbagai informasi terbaru.
Latihan Keselamatan, misalnya Fire Drill, meliputi penanggulangan
kebakaran dan penyelamatan apabila terjadi kebakaran, maupun Boat Drill
diadakan secara rutin. Semua crew yang ditunjuk wajib berpartisipasi.
6.
Makan dan minum bisa dikatakan tidak pernah kurang. Daging, roti,
buah, sayur, susu, jus, kopi, teh dan lain sebagainya selalu mencukupi.
Bahkan di cruise lines tempat saya bekerja selain pasta, nasi putih
selalu tersedia, karena kebanyak pada crew yang bekerja berasal dari
Filipina, Indonesia, India, Thailand, Myanmar, dll. Untuk minuman ringan
dan minuman beralkohol diperoleh dengan membeli di Crew Bar maupun
untuk minuman ringan kaleng bisa diperoleh dengan membeli di Vending
Machine. Harga minuman ringan kaleng berkisar antara USD 60 sen per
kaleng.Tempat makan bagi para crew disebut Crew Mess (dibuka 4 kali per
hari),sedangkan mess lainnya dibuka 3 kali per hari yaitu: Staff Mess
(bagi para staff), Petty Officer Mess (bagi para Petty Officer), Officer
Mess (bagi para Officer) dan Captain Mess (bagi Kapten dan para Senior
Officer seperti Staff Captain, Staff Chief Engineer, Safety Officer,
dll)
7. Tersedia fasilitas olah raga (Gym), kolam khusus crew,
self service laundry, klinik kesehatan (Infirmary), Crew Bar, Crew
Training Center, Internet Café. Diadakan acara-acara hiburan, seperti
Bingo, pertunjukan film, perlombaan bakat (Crew Talent Show) perlombaan
pingpong, perlombaan sepak bola, Crew Party, Crew Disco, dll.
8.
Keluarga dari para crew akan memperoleh fasilitas diskon apabila mereka
ingin berpesiar di kapal tempat crew bekerja. Tergantung ketersediaan
kamar, izin dari Hotel Director dan Chief Purser.
9. Rencana
Pensiun (Retirement Plan) dan pinjaman (Loan) dari uang pension
diberikan kepada crew yang telah mengabdi selama minimal 10 tahun
berturut-turut (tanpa mengundurkan diri). Jumlah yang diterima
tergantung dari posisi crew dan lamanya mereka bekerja. Minimal
Retirement Plan di perusahaan tempat saya bekerja adalah USD 7500 untuk
pengabdian minimal 10 tahun.
Sedangkan kekurangan bekerja di kapal pesiar:
1.
Home Sick - Jauh dari keluarga, teman dan tanah air, terkadang
membuat para crew yang bekerja di kapal merasa rindu. Rindu dengan
keluarga, rindu dengan makanan Indonesia, rindu dengan suasana di tanah
air. Kemajuan teknologi paling tidak membantu kami mengobati rasa rindu
yang datang. Kami disediakan fasilitas telpon di kabin, dengan membeli
“Crew Calling Card” seharga USD 10, kami bisa menelpon Indonesia selama
lebih kurang 55 menit untuk menelpon telpon rumah dan lebih kurang 47
menit untuk menelpon telpon genggam. Internet untuk crew juga tersedia,
dengan harga kartu internet (Internet Card) USD 20, kami bisa
menggunakan fasilitas internet dengan tarif USD 10 sen per menit (USD 6
per jam).
2. Jam kerja yang panjang, kontrak kerja yang kami
tanda tangani menyebutkan bahwa kami diwajibkan bekerja 10 jam per hari,
pada posisi tertentu tidak diberikan uang lembur. Pada kenyataannya,
kami sering bekerja melebihi 10 jam per hari. Kami bekerja penuh 7 hari
seminggu, tanpa hari libur, kecuali kami sedang sakit.
3. Mabuk
laut (Sea Sick), walaupun bukan merupakan masalah yang terjadi setiap
hari, tetapi apabila keadaan laut sedang tidak bagus, kapal akan
mengalami goncangan yang dapat menyebabkan para crew mengalami mabuk
laut, walaupun tidak semua crew. Beberapa crew hanya sedikit pusing,
jalan dengan sedikit sempoyongan. Kapal pesiar dilengkapi dengan
stabilizer, jadi pada umumnya, keadaan di dalam kapal tenang, sering
kami seakan-akan merasa di dalam sebuah gedung, apabila kapal dalam
keadaan normal. Pil anti mabuk selalu tersedia bagi crew maupun bagi
para tamu.
4. Tantangan lainnya adalah kemampuan beradaptasi
dengan lingkungan yang baru yang sama sekali berbeda, rekan kerja yang
berasal dari berbagai bangsa (Asia, Eropa, Amerika maupun Afrika dan
Australia). Kami masih bisa dikatakan beruntung dengan banyaknya orang
Indonesia yang bekerja di kapal pesiar (mayoritas berasal dari Bali),
kita lebih mudah meminta bantuan kepada teman sebangsa, dikarenakan
masalah bahasa, perasaan senasib di perantauan.
5. Bagi Tipping
Position Crew, pendapatan mereka berasal dari tips (gratuity) dari para
tamu. Pada beberapa cruise lines terdapat kebijakan yang memperbolehkan
para tamu untuk menarik kembali gratuity/tips tidak langsung yang telah
mereka bayar di muka dengan alasan ketidakpuasan terhadap pelayanan yang
diberikan. Pada saat tamu membayar biaya untuk berpesiar dengan kapal
pesiar, biaya tersebut meliputi tips sebesar USD 10 per hari per orang.
Akan tetapi bila mereka merasa tidak puas, mereka berhak menarik kembali
uang tersebut, padahal uang tersebut merupakan pendapatan utama bagi
Tipping Position Crew yang telah melayani para tamu selama mereka
berpesiar. Dikarenakan kebijakan yang memperbolehkan para tamu menarik
kembali gratuity, para Tipping Position Crew banyak yang merasa
dirugikan. Apabila tamu mereka menarik uang gratuity tersebut maka bisa
dikatakan mereka bekerja melayani tanpa mendapat bayaran.
6. Selama
para crew tidak bekerja atau sedang berlibur, maupun cuti, maka
perusaahaan tidak memberikan gaji, untuk posisi tertentu juga tidak
diberikan asuransi. Jadi para crew, biasanya mengumpulkan uang yang
diperoleh selama bekerja di kapal untuk modal usaha lain di rumah.
Sehingga apabila mereka sedang libur maupun cuti mereka masih memiliki
penghasilan sendiri, maupun ketika mereka memutuskan untuk berhenti
bekerja di kapal. Berdasarkan pengalaman saya, ketika saya sakit di
kapal, perusahaan akan memberikan pengobatan cuma-cuma, akan tetapi saya
pernah menjalani operasi ketika sedang berlibur dan seluruh biayanya
harus saya tanggung sendiri.
Untuk saat ini, mayoritas crew yang
bekerja di cruise lines tempat saya bekerja berasal dari Filipina. Juru
masak kebanyakan berasal dari India, sedangkan Laundry dipegang oleh
crew dari Indonesia.
Kualitas
kerja crew dari negara kita tidaklah kalah dibanding dari negara-negara
lain, bahkan dari Eropa sekalipun, hanya terkadang kemampuan berbahasa
Inggris, kepercayaan diri bangsa kita masih kurang. Keramahan, kepatuhan
dan kerajinan para crew dari Indonesia telah diakui. Karena sudah
menjadi budaya bangsa kita untuk patuh kepada atasan, selalu ramah dan
murah senyum. Hal ini yang menjadikan crew dari Indonesia lebih disukai.
Jadi,
kesimpulannya susah senang bekerja di kapal pesiar akan menjadi
pengalaman unik. Pengalaman yang sangat berharga. Jadi saya harap dengan
membaca tulisan ini, masyarakat kita tidak langsung memberikan cap
buruk bagi para crew yang bekerja di kapal pesiar khususnya. Itu semua
tergantung dari kepribadian masing-masing. Godaan bisa datang dimanapun
kita berada, tidak harus selalu di kapal pesiar. Tulisan ini berdasarkan
pengalaman yang saya peroleh, maupun dari pengalaman dan cerita-cerita
sesama crew. Apabila terdapat perbedaan, ini bisa dikarenakan beda kapal
pesiar, beda cruise lines, maupun perbedaan pandangan.
sumber: http://kerjadikapalpesiar.blogspot.com/