ARTIKEL PILIHAN

GOOGLE TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

ARTIKEL PILIHAN

Kartini Multitasking Masa Kini

Written By Situs Baginda Ery (New) on Rabu, 24 April 2013 | 22.08

http://3.bp.blogspot.com/--g46M-X0EF4/TwKIilYxh8I/AAAAAAAAASs/7BD9fk6lu-E/s1600/Coba+tebak+Pria+bermain+tanduk+atau+wanita+siluet.jpg
Sang Kartini muda itu berlari tergopoh-gopoh. Flat shoes yang ia kenakan tetap tidak mempercepat langkah kakinya menuruni tangga halte Trans-Jakarta. Sembari bergegas sempat juga ia berkhayal bisa naik skateboard untuk mengejar busway yang baru saja tiba di halte Grogol menuju Semanggi. Untunglahdalam momen kritis ia berhasil menyeberangkan badan ke angkutan yang ternyata sudah sangat sesak.
Di dalam bus yang pengisinya lebih mirip sarden daripada manusia itu ia pun melamun, merunut kejadian sejak pulang kerja kemarin sampai detik terakhir.
Kemarin, selepas maghrib, ia baru meninggalkan kantor. Lantas ia bergegas menuju lift untuk menuju halte Trans-Jakarta terdekat menuju rumahnya di Tangerang. Sesampai di rumah pukul 21.00 lewat, ia langsung menyambangi kedua anaknya. Meski sudah berpiyama tidur, mereka tetap antusias menyambut dia.
Setelah membersihkan muka ia mandi dan menyantap apa pun yang masih tersisa di meja. Masih lumayan sempat isi perut; terkadang ia lupa makan malam karena anak-anak sudah menunggu. Selalu berebut, kedua buah hatinya ingin menceritakan hari serunya di sekolah.
Selepas mendengar cerita ia mengecek PR serta buku penghubung mereka. Kini giliran dia untuk berkisah. Meski matanya sudah merah dan sesekali menguap anak-anak itu tetap saja bersemangat mendengarkan Kartini idola mereka bertutur.
Seusai perang bantal dan keributan kecil memperebutkan selimut barulah kedua bocah tidur. Setelah urusan anak beres, Kartini kita yang mulai lowbatt beranjak ke ruang televisi untuk menemui suami. Ada kalanya suaminya pulang lebih awal dari dia; bisa juga sebaliknya. Arah kantor berbeda sehingga saat kepulangan mereka pun tak sama. Mereka lalu berpaling ke meja makan untuk sekadar curhat atau berdiskusi ringan tentang hari itu. Secangkir kopi dan semangkok mie rebus bertelur dan beririsan cabe rawit menemani mereka mengisi waktu.
Perbincangan mereka tak lama sebab keduanya sudah sama-sama ngantuk dan lelah. Setelah saling cium pipi dan bibir, dengan langkah berat mereka pun menuju peraduan.
Sebelum adzan subuh berkumandang, Kartini kita sudah terbangun. Dengan rambut yang mencuat ke kanan dan kiri ia spontan menemani Bik Inah, pembantunya yang setia, menyiapkan sarapan.
Pukul 05.00, menjelang sarapan tersaji, ia membangunkan anak-anak dan suami. Pakaian mereka ia siapkan. Setelah bergantian mandi mereka pun duduk di meja makan. Terkadang Kartini kita bisa lupa makan karena harus mengurusi ini-itu. Hari ini pun demikian. Begitu anak-anak selesai makan dan tinggal memakai seragam ia pun langsung siap-siap berangkat. Hari sudah menjelang pukul 06.00.
Pengereman yang agak mendadak oleh sopir Trans-Jakarta sontak mengakhiri kembara angan Kartini kita. Ia melirik jam di hand-phone. Menjelang pukul 08.30. Dia masih di bus dengan kondisi laksana sarden kegerahan. Pipinya menggembung setiap ia mencoba mensugesti diri agar tetap berpikiran positif.
Di kantor Kartini kita bekerja sebagai staf admin. Setiap hari ia menangani semua urusan surat-menyurat dan administrasi lainnya. Ia kerap mengangkat telepon saat mengetik. Terkadang ia membuat janji dengan klien sambil menyiapkan ucapan ulang tahun untuk salah satu kolega bosnya. Ia membalas BBM [Blackberry Messenger] dari salah satu klien perusahaannya sembari menunggu hasil fotokopi rancangan proyek departemennya yang akan ditampilkan dalam rapat Board of Director. Ada kalanya atasannya akan menginterupsi untuk keperluan lain saat dirinya sibuk merancang penggunaan anggaran sebuah proyek di departemennya. Kadang ia ingin berteriak tatkala bosnya meminta data tertentu di saat telepon berdering terus dan e-mail masuk laksana tak berkesudahan.
Seperti itulah ritme hidup Kartini kita dari Senin hingga Jumat. Ia baru bisa merasa lega jika weekend tiba.
***
Ilustrasi barusan menggambarkan kondisi kebanyakan wanita karier kita di masa sekarang. Agak ironis, tentunya. Dulu, di zamannya, Raden Adjeng Kartini, sang putri dari Rembang, memperjuangkan hak kaumnya, yaitu agar para wanita di negeri kita ini beroleh kesetaraan dalam pendidikan, pekerjaan, dan yang lain. Kini, ketika sebagian wanita Indonesia mendapatkan hak itu, masalah pelik ternyata muncul membayangi. Para wanita pekerja profesional, termasuk saya, seolah terjebak dalam suatu situasi dimana kita dituntut menjalankan multiple role sebaik mungkin. Dalam situasi seperti ini terkadang kita galau karena atas nama waktu yang rasanya tak pernah cukup kita harus menentukan pilihan dilematis: karir atau keluarga.
Tuntutan zaman, tuntutan ekonomi, atau tuntutan eksistensi diri, itu antara lain yang menyebabkan mengapa banyak wanita yang telah berumah tangga sekalipun akhirnya tetap bekerja. Kita seolah terjebak dalam putaran waktu dengan tingkat stres yang kurang lebih sama setiap harinya. Acap kali kita sampai melupakan waktu untuk diri sendiri. Pula waktu untuk bersosialisasi. Kita seolah terjebak dalam sebuah pola: rumah – jalan – kantor – jalan – rumah. Kita tak ubahnya sebuah mesin multitasking yang sudah disetel waktu dan pekerjaannya. Ya, menjadi mesin yang dituntut senantiasa harus berperforma optima. Jadi, lumrah saja kalau kita sering mengeluhkan bahwa waktu 24 jam sehari itu tidak cukup.
Lantas bagaimana cara kita mengatasi dilema ini? Menurut saya, kuncinya adalah komunikasi. Maksud saya, komunikasikanlah selalu segala sesuatunya. Bertukar pikiranlah dengan pasangan dan anak-anak bagaimana yang terbaik untuk bersama. Bagi yang telah memiliki anak seperti Kartini kita tadi buatlah kesepakatan dengan pasangan mengenai hal seperti: pola asuh, jam belajar, siapa yang bertanggung jawab atas PR, atas pekerjaan rumah, atas pengawasan mereka. Kapan kita boleh melaksanakan me time atau sekedar berkumpul dengan teman lama, bicarakan dari hati ke hati. Buatlah komitmen bersama untuk menjalankannya secara bertanggungjawab.
Dalam persepsi saya, setinggi apa pun jabatan dan pendidikannya, seorang Kartini Masa Kini tetap harus menjalankan fungsinya sebagai perempuan rumah yang baik. Emansipasi tidak lantas serta merta menjadikan para Kartini Masa Kini enggan pergi ke dapur dan memasak. Ia tetap perempuan yang bertanggung jawab terhadap perkembangan pola didik dan emosional anak-anaknya. Janganlah karena terlalu bernafsu memenuhi kebutuhan ekonomi kita justru melupakan faktor terpenting: keluarga—harta kita kita yang tak ternilai.
sumber: http://sosbud.kompasiana.com/2013/04/24/kartini-multitasking-masa-kini-549812.html
22.08 | 0 komentar | Read More

Sihir Eyang Subur vs Adi Bing Slamet di Televisi Kita (KASUS FENOMENAL TERHEBOH 2013)

http://statis.dakwatuna.com/wp-content/uploads/2013/04/Adi-Bing-Slamet-Eyang-Subur.jpg
Oleh Bude Binda
Sehabis sholat Maghrib saya suka menghidupkan layar televisi. Yang saya cari acara “Hitam Putih” di Trans7 yang dipandu Dedy Corbuizer. Karena kadang  bintang tamunya menarik dan menghibur. Kalau pas tak tertarik ya ganti ke TV berita Metro atau TVOne, masih kurang tertarik ya nonton TVRI. Namun tadi saya tak memindah  saluran karena ada Adi Bing Slamet di Hitam Putih.
Adi sedang laris jadi bintang tamu acara pertunjukan dan bincang-bincang (maksudnya talkshow). Perseteruannya yang panas dengan Eyang Subur rupanya menarik minat stasiun televisi untuk menghadirkan dia di acara bincang-bincang mereka atau di acara gosip artis (alias infotainment). Kalau acara yang belakangan itu saya nggak suka nonton.
Sempat lihat Adi sesaat di acaranya Soimah. Waktu itu saya belum terlalu paham, siapa yang dibuka-buka Adi Bing Slamet. Kata orang Jawa “entek amek kurang golek” maksudnya  semua kejelekannya disampaikan habis-habisan. Amarah Adi Bing Slamet tampaknya sudah memuncak. Seperti tadi di Hitam Putih dia mengaku  marah besar pada Subur.
Baiklah saya akan tulis saja hal-hal penting dari acara tadi.
1. Adi Bing Slamet diajak teman ke rumah Eyang Subur.
2. Dia akhirnya sering ke sana untuk mencari figur orang tua/panutan (ortunya sudah meninggal).
3. Setelah 17 tahun menjadi “murid/pengikut” Eyang Subur Adi mulai merasa ada hal-hal yang tidak beres.
4. Adi keluar dari komunitas Eyang Subur dan menyampaikan ke media tentang perbuatan dukun Subur yang dia anggap menyimpang dan merugikan pengikutnya.
Dari paparan Adi menjawab pertanyaan pembaca acara,  saya punya pandangan tentang dia. Adi pemberani dan bernyali besar. Dia dengan gagah berani membeberkan  apa-apa perbuatan Eyang Subur dan rekan-rekan artis yang menjadi murid atau pengikutnya atau kliennya. Tak hanya menyampaikan saja, Adi juga terkesan menantang Eyang Subur mau pun teman-teman artis/pesohor yang  membela Eyang Subur. Mengapa dia saya sebut berani? Dengan tampilnya dia di banyak stasiun televisi tentu akan menyebabkan perlawanan atau pembelaan diri dari pihak yang merasa dirugikan oleh ucapan Adi. Sudah ada jawaban-jawaban dari rekan artis seperti Gogon, Unang, Tesi Kabul, dan Sigit Subangun.
Adi  bak sedang memukul genderang perang dengan mereka.
Adi juga tak malu mengakui bahwa dia memang sempat tersesat mengikuti segala perintah eyang Subur yang sebenarnya menurut Adi ternyata bertentangan dengan agama Islam.
Nah media ternyata memperlakukan perseteruan panas itu dengan perayaan yang gegap gempita. Berita heboh para pesohor apa lagi yang bernuansa permusuhan sangat disukai penonton televisi. Artinya tayangan tentang Adi vs Subur  akan banyak mendatangkan iklan.
Sebelum kasus perseteruan ini mencuat, Raffi Ahmad yang ditangkap BNN menjadi santapan empuk media. Tiada hari tanpa berita Raffi Ahmad. Di kala berita Raffi mendingin, datanglah berita panas Adi dan Eyang Subur ini. Televisi segera menangkap peluang ini.
Masih ingatkah kita dengan perseteruan Kiki Fatmala dan ibundanya yang juga tak kalah dengan sinetron laris. Apa lagi ibunda Kiki Fatmala selalu berapi-api saat menjelek-jelekkan anaknya sendiri. Saya waktu itu termasuk penikmat “sinetron kisah nyata” yang hampir tiap hari muncul tanpa jeda. Dari pada nonton sinetron yang kadang membosankan, rasanya lebih asyik melihat permusuhan ibu anak yang super panas ini.
Belum lama media juga digoyang dengan cakar-cakarannya Dewi Persik dan Julia Perez. Adegan film yang keblabasan menjadi perkelahian itu ramai diberitakan di acara gosip, dan berujung dengan dipenjaranya Julia Perez. Siapa yang diuntungkan? Sebenarnya ketiga-tiganya: stasiun televisi, produser film karena filmnya ditonton orang yang penasaran, dan kedua artis sensasional ini makin diberitakan sensasinya makin populer mereka.
Masih banyak permusuhan ataupun berita negatif yang penuh sensasi menjadi santapan lezat televisi dan media lain yang gemar menulis tingkah polah pekerja hiburan yang memang juga senang diberitakan. Apalah artinya pesohor tanpa media. Mereka mendapat penghasilan karena ketenaran, dan medialah yang akan melambungkan ketenaran mereka.
Sementara penonton televisi dan penikmat media lain juga selalu haus dengan gosip mau pun segala tingkah laku pesohor atau selebritis yang dengan sayiknya mereka santap, kunyah dan kemudian menjadi bahan perbincangan dengan teman-teman, di arisan, di kantor, di rumah.  Sungguh simbiosis yang pas, penonton butuh informasi, media memberi informasi dan mereka akan mendapatkan penghasilan, artis yang diinformasikan akan bertambah kepopulerannya yang artinya membuatnya banyak mendapat pekerjaan.
Itulah fenomena di dunia hiburan kita, dunia yang saya dan Anda nikmati sebagai selingan di antara pahitnya berita korupsi dan tentara yang demi jiwa korsa semena-mena menembak tahanan di lapas Cebongan. Salam.
Bude Binda
Banjarnegara, Kamis 4 April 2013
sumber: http://hiburan.kompasiana.com/televisi/2013/04/05/sihir-eyang-subur-vs-adi-bing-slamet-di-televisi-kita-548006.html
22.05 | 0 komentar | Read More

Misteri Fenomena Demi Tuhan, Arya Wiguna, dan Eyang Subur (Misteri Fenomena 2013)

13667338001713620563
Eyang Subur & Arya Wiguna (Sumber: KapanLagi.Com)
Saya sama sekali tidak tertarik dengan kasus perseturuan Adi Bing Slamet dan Eyang Subur yang ramai diberitakan di berbagai media belakangan ini. Sampai suatu ketika beberapa hari yang lalu, banyak teman saya di facebook yang men-share video “Arya Wiguna - Demi Tuhan“.
Cumpah, ciyus, miapah, miuhan! Saya dibuat ngakak sepanjang nonton video tersebut. Saya pun penasaran dengan siapa Arya dan kenapa dia bisa sebegitu marahnya dengan si Eyang Subur. Saya pun googling berita mengenai Arya Wiguna. Oh ternyata kasusnya seperti ini (silahkan googling sendiri infonya bagi yang mau tau).
Cukup tau saja. Sungguh tidak penting untuk diikuti beritanya karena sebenarnya hal-hal berbau mistis seperti Eyang Subur ini banyak terjadi di masyarakat, cuma karena korbannya artis makanya heboh.
Benar-benar tidak penting! Saya muak dengan pemberitaan media mengenai semua hal berkaitan dengan Eyang Subur. Sungguh sudah sangat berlebihan, sampai DPR pun ikut-ikutan. Wew, apa-apaan ini?
Dan bagi kalian yang juga muak dengan hal-hal tentang Eyang Subur, tidak ada salahnya menyaksikan beberapa video mengenai korban Eyang, Arya Wiguna yang diparodikan oleh anak-anak iseng kreatif Indonesia yang sudah muak juga dengan kasus ini. Demi Tuhan, kalian akan terhibur. Kocaknya ga ada obat, hahaha!!!
Semoga tidak akan ada lagi Eyang-eyang Subur dan Arya-arya Wiguna lainnya. Dan semoga ini juga bisa jadi pembelajaran buat siapapun yang sedang berseteru dengan orang lain agar tetap tenang dan tidak berlebihan untuk diekspos di media karena bisa-bisa nantinya dibikin video parodi untuk diketawain se-Indonesia.
Dan satu hal lagi, nama Tuhan adalah nama yang suci. Semoga kita semua yang menyaksikan ini dan mereka yang membuat video-video “Demi Tuhan” hanyalah untuk hiburan semata, bukan bermaksud melecehkan.
Berikut beberapa video favorit saya. Untuk video-video lainnya, silahkan search di youtube. SELAMAT MENONTON! =))
Arya Wiguna - Demi Tuhan (Speech Composing by @EkaGustiwana)  => http://www.youtube.com/watch?v=R5DPxV2pvxM
Arya Wiguna - Demi Tuhan  =>  http://www.youtube.com/watch?v=ak_4OjgeSE4
Arya Wiguna - Jebakan Subur Remix (original version by Mardial)  =>  http://www.youtube.com/watch?v=RkQmIbu9Wbk
DEMI TUUHAAAAAN!!! - Parody Dub Arya Wiguna + film “300″   => http://www.youtube.com/watch?v=VsXyYflEnF0
Arya Wiguna - Demi Tuhan !!! ( HULK WIGUNA VERSION )  =>  http://www.youtube.com/watch?v=b0E0gTfYW2A
Arya Wiguna VS Eyang Subur (Parodi)  => http://youtu.be/ywc1VmdmbhM

sumber: http://media.kompasiana.com/new-media/2013/04/24/fenomena-demi-tuhan-arya-wiguna-dan-eyang-subur-553994.html?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Khewp
21.57 | 0 komentar | Read More

Profesi RT (Rukun Tetangga) Antara Ujung Tombak dan Ujung Tombok (Tulisan Terbaru 2013)

http://berita2bahasa.com/images/articles/2013418calon%20presiden%20in%20siluet%20(latimes%20com)%20b.jpg
RT atau Rukun Tetangga, mendengar kata ini bagi sebagian orang pasti menganggapnya sepele. Maklum saja, menyandang pekerjaan sebagai RT di negeri ini, dianggap sebagai pekerjaan rendahan. Oleh karena itu banyak orang yang tidak bersedia apabila dicalonkan menjadi ketua RT.
Namun, disadari atau tidak saat ini kebutuhan akan pentingnya peran RT semakin dirasakan banyak orang. Bagaimana tidak, ditengah arus perbuhan zaman dan kebutuhan akan pentingnya identitas diri membuat banyak orang melihat bahwa pekerjaan RT merupakan pekerjaan berat dan membutuhkan waktu banyak serta memiliki kemampuan managerial yang baik pula.
Sebagai contoh kasus misalkan, saat ini sistem administrasi kependudukan di Indonesia mulai di benahi. Kalau dulu orang seenaknya membuat KTP, KK, Akte kelahiran palsu, lain halnya dengan sekarang, sistem kependuduksan memerlukan data yang akurat dan sistem administrasinya pun harus mulai dari tingkat terbawah yaitu tanda tangan ketua RT.
Nah, di sinilah peran RT itu menjadi sangat penting dan dibutuhkan. RT lah yang berhak mengeluarkan surat keterangan pindah penduduk, membuat surat pengantar pembuatan KTP, KK surat masuk penduduk, Akte Kelahiran, serta surat lainnya yang dibutuhkan warga masyarakat.
Begitu penting dan strategisnya peran RT, sudah saatnya jabatan ketua RT perlu dipikirkan ulang. Minimal untuk tiga hal.
Pertama, ketua RT sebaiknya diberikan peran kepada orang-orang muda. Minimal orang muda yang sudah menikah dan memiliki komitmen guna menjalankan tugas dan perannya dengan sebaik mungkin. Dari beberapa kali saya bertemu dengan ketua RT di Yogyakarta, rata-rata usia mereka sudah tua dan kebanyakan dari mereka adalah pensiunan PNS atau mereka yang secara fisik tidak produktif lagi bekerja di kantor.
Kedua, peran sebagai ketua RT sebaiknya diberikan kepada orang memiliki kapasitas dan kemampuan secara intelektual. Ketika saya melakukan penelitian di daerah Semanu, Gunungkidul beberapa waktu lalu, saya menemukan ketua RT yang sulit membaca dan menulis. Padahal dia bercerita, kalau dirinya salah mengirimkan data warga misalkan dalam hal mendapatkan bantuan BLT, dirinyalah yang sering mendapat caci-maki dari warga sekitarnya.
Ketiga, ketua RT perlu diberikan tunjangan pekerjaan. Ketua RT yang saya temui di Gunungkidul, hidup dalam balutan kemiskinan. Rumahnya reot, tidak ada listrik di rumahnya. Beliau dan istri hidup dari hasil sebagai buruh tani. Ketika saya tanya apakah pemerintah pernah memperhatikan hidupnya. Dengan polos dia menjawab tidak pernah.
Derita ketua RT di Semanu, Gunung Kidul tersebut bisa saja dialami oleh ketua RT lainnya di seluruh Indonesia. Dalam acara reses anggota DPRD DIY, beberapa waktu lalu di Kota Yogyakarta, seorang ketua RT meminta agar kesejahteraan ketua-ketua RT diperhatikan.
“jujur saja, kami sebagai ketua RT katanya sebagai ujung tombak. Namun, kami juga kadang menjadi ujung tombok”. Ujar seorang ketua RT di kelurahan Purwokinanti menyampaikan keluhannya.
Barangkali cerita tersebut di atas bisa menginspirasi kita semua. Baik itu sebagai pribadi, masyarakat maupun pemerintah sendiri, guna memperhatikan kesejahteraan ketua-ketua RT. Karena merekalah ujung tombak bagi negeri ini, minimal dalam hal sistem administrasi kependudukan, sekaligus sebagai ujung tombak dalam menangkal segala macam gangguan dari dalam negeri seperti gerakan teroris, separatis serta gangguan keamanan lainnya yang bisa mengancam kesatuan dan persatuan NKRI.***
sumber: http://sosbud.kompasiana.com/2013/03/08/profesi-rt-antara-ujung-tombak-dan-ujung-tombok-540315.html
21.52 | 0 komentar | Read More

Sebuah Ujung Tombak Pembangunan Bangsa (Tulisan Terbaru 2013)

 http://statis.dakwatuna.com/wp-content/uploads/2012/02/siluet-demonstrasi-mahasiswa-2.jpg
Sejenak mengingat kembali Orasi Ilmiah Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat Dies Natalies ITS Surabaya pada Desember tahun 2010, beliau berkata pada semua lapisan masyarakat, industry dan pemerintahan untuk bersama membangun rasa optimis dan percaya diri bahwa Indonesia akan menjadi Negara dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat 15 tahun mendatang. Ingat saya, ini adalah pertama kalinya Presiden SBY menyatakan pada public mengenai agenda percepatan dan pertummbuhan ekonomi yang sekarang lebih dikenal dengan MP3EI.  Tiga tahun sejak saat itu data kenaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukkan tren positif.  Lembaga pemerintah mengklaim pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun 2013 dapat meningkat 6,3 persen. Sebuah hasil yang membanggakan mengingat target pertumbuhan ekonomi tahun 2014 sebesar 7 persen. Dengan data-data yang ditunjukkan oleh para media dan lembaga ini menunjukkan gagasan Presiden SBY pada tahun 2010 berhasil?
Sebenarnya jika dilihat dari sisi dampak, pertanyaan yang tepat adalah apakah pertumbuhan ekonomi berdampak langsung dalam mengurangi kemiskinan dan sekaligus berdampak pada pertumbuhan sektor industri baru. Dari data BPS kemiskinan memang turun akan tetapi data yang disajikan oleh BPS juga masih menjadi perdebatan mengenai kriteria orang miskin di Indonesia. Untuk pertumbuhan lapanagan kerja atau industry baru ini yang layak untuk diperbincangkan. Suatu bangsa dikatakan berkembang apabila mampu mengurangi jumlah pengangguran, salah satu cara untuk mengurangi jumlah pengangguran adalah dengan pembukaan lapangan pekerjaan baru. Hal ini biasa dikatakan dengan wirausaha. Menurut suatu sumber,Negara dikatakan maju jika memiliki 2% dari jumlah penduduknya adalah entrepreneur atau wirausaha. Untuk perkembangan wirausaha di Indonesia sekarang nampaknya mulai naik perlahan dikarenakan adanya berbagai program wirausaha dari berbagai lembaga pemerintahan untuk pemuda-pemuda Indonesia. Akan tetapi, secepat perkembangannya, kematian usaha-usaha baru ini juga sangat cepat. Beberapa sumber menyebutkan bahwa hanya sebagaian kecil bisnis yang mampu bertahan pada 10 tahun pertama. Hal ini tentunya berdampak pada jumlah pengangguran, penyerapan tenaga kerja hanya bisa dilakukan sementara. Penyebab dari matinya sebuah usaha ini adalah tidak adanya perkembangan inovasi pada unit bisnisnya.
Inovasi dapat diartikan sebagai proses dan/atau hasil pengembangan pemanfaatan/mobilisasi pengetahuan, keterampilan (termasuk keterampilan teknologis) dan pengalaman untuk menciptakan atau memperbaiki produk (barang dan/atau jasa), proses, dan/atau sistem yang baru, yang memberikan nilai yang berarti atau secara signifikan (terutama ekonomi dan sosial). Dari pandangan saya, bisnis yang dilakukan tanpa adanya inovasi yang berlanjut hanya akan berumur pendek, terutama untuk bisnis kuliner dan bisnis yang memanfaatkan teknologi. Dengan semakin berkembangnya teknologi, kompetisi bisnis semakin ketat, apabila tidak ada inovasi dari segi produk, manajemen, maupun pemasaran, maka habislah bisnis kita. Dengan bertambahnya waktu konsumen pasti juga akan merasa jenuh dengan produk kita, dan akan mencari sesuatu yang baru. Contohnya, untuk usaha kuliner, banyak sekali usaha jajanan yang setipe tetapi berbeda penjual, apalagi jika bersaing dengan jajanan impor, apabila tidak ada inovasi berlanjut jelas kita kalah oleh kuliner impor yang terus menyuguhkan sesuatu yang baru. Dengan adanya sebuah inovasi berlanjut, maka umur bisnis akan tetap berlanjut, bahkan jumlah penyerapan tenaga kerja akan semakin bertambah.
Selain dilihat dari sisi bisnis, kemajuan teknologi merupakan salah satu asset yang tidak boleh dipandang sebelah mata dalam pertumbuhan ekonomi. Dilihat dari tren sekarang, mobil listrik,kendaraan bahan bakar gas, hingga roket sudah bisa dimiliki oleh bangsa kita. Tren seperti ini tidak boleh ditinggalkan, bahkan harus didukung oleh semua pihak, juga harus didukung melalui inovasi yang berlanjut. Seperti kata Mantan Presiden RI, B.J. Habibi kita harus memulai dari akhir dan mengakhiri dari awal. Dengan tertinggalnya kita untuk masalah teknologi, maka lebih baik kita langsung memulai dari tren paling akhir saat ini, dengan ditunjang untuk terus berinovasi maka kita tidak hanya akan menjadi Negara berkembang, tetapi juga dapat menjadi Negara yang sanggup bersaing dengan macan-macan teknologi dunia. Dengan lahirnya inovasi, maka juga akan sejalan dengan lahirnya ekonomi Indonesia, oleh karena itu saya menyebut bahwa Inovasi adalah ujung tombak pembangunan bangsa. Seperti kata Presiden SBY, kita harus tetap memiliki rasa optimis dan percaya diri bahwa Indonesia Bisa.
sumber: http://edukasi.kompasiana.com/2013/04/06/inovasi-ujung-tombak-pembangunan-bangsa-543426.html
21.48 | 0 komentar | Read More

BACA JUGA

DAFTAR LENGKAP ARTIKEL BLOG BAGINDAERY

Ikuti situs Bagindaery

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...